Penulis: Sophie van der Stap
Penerjemah: Rini Nurul Badariah
Penerbit: Imania
Cetakan II, Oktober 2011
Tebal: 260 halaman
ISBN: 978-602-97648-2-6
Rating: 3 dari 5 bintang
Harga: Rp. 10.000 (sale di Gramedia Ekalokasari, Bogor)
Blurb:
Sophie, dua puluh satu tahun, divonis dokter mengidap penyakit kanker paru-paru stadium 4. Saat rambutnya mulai rontok akibat kemoterapi, Sophie seakan bukan wanita seutuhnya lagi. Maka ia membeli wig secara gila-gilaan. Sebuah gagasan yang perlahan-lahan memberinya kekuatan yang tak terduga. Ia bertekad untuk berjuang mengalahkan kankernya.
Ada sembilan wig untuk sembilan kepribadian. Sophie bergantian menjadi Stella, Daisy, Sue, Blondie, Platine, Emma, Pam, Lydia dan Bébé. Sembilan identitas yang menolongnya untuk tabah, menjadi diri sendiri dan bertahan. Sembilan nyawa dalam satu kehidupan yang menghitung hari menuju akhir.
Catatan harian yang jujur, menggelitik, dan menyentuh. Girl with Nine Wigs menuturkan perjuangan luar biasa seorang wanita muda melawan kanker, rasa takut menghadapi maut, keengganan untuk menyerah, dan cinta sepenuh hati.
Review:
Sophie mengeluh merasakan nyeri yang ganjil di dua atau tiga tempat, paru-parunya terendam air, beratnya menyusut, dan wajahnya menjadi sangat pucat. Setelah mengalami serangkaian pemeriksaan medis akhirnya ia mendapatkan hasil. Positif mengidap kanker, atau lebih tepatnya rhabdomyosarcoma. Penyakit itu adalah tumor ganas yang berevolusi sangat cepat.
Sebelumnya, ibunya divonis menderita kanker payudara dan dinyatakan sembuh tanpa perlu diangkat setelah melakukan perawatan akhir kemoterapi. Walaupun begitu, di usia yang masih dua puluh satu tahun Sophie pun mengalami syok akan berita tersebut. Begitu pula dengan keluarga dan kerabatnya.
Sophie mulai menjalani perawatan kemoterapinya pada tanggal 31 Januari 2005. Ia akan dialiri oleh serum fisiologi selama 3 hari dan delapan jam setiap harinya. Dan pada tanggal 17 Februari 2005 perawatan itu mulai menunjukkan efek samping, rambutnya mulai rontok dengan sangat cepat. Lalu pada akhirnya, kepalanya sudah menjadi botak.
Sebelumnya Sophie hanya mengantar ibunya memilih-milih rambut palsu. Ia kini memasuki toko rambut palsu pertama kali sebagai calon pembeli. Kemudian lahirlah Stella, Daisy, Sue, Blondie, Platine, Emma, Pam, Lydia, dan Bébé. Ke semua rambut palsu tersebut membuat Sophie lebih percaya diri dan semangat dalam menjalani hari-harinya yang berat dan membuat depresi.
"Sejak beberapa pekan, aku sering memikirkan kematian. Aku memahaminya secara tiba-tiba: aku adalah manusia yang merupakan bagian suatu kehidupan yang lebih besar darinya. Sejak lahir sampai mati, kami menapaki satu utas benang. Itulah garis kehidupan kami. Pemikiran semacam itu membuatku sedikit lebih yakin. Kematian menjadi tidak terlalu asing, tidak terlalu mengancam, tidak terlalu menakutkan. Yang disesalkan hanyalah, mengapa aku yang akan menghampirinya." - hal. 39
Sebetulnya agak bingung juga menulis review memoir seperti ini, tapi akhirnya saya mencoba menuliskannya juga.
Model di sampul depannya saya pikir adalah hanya seorang model saja (yang agak mirip artis Hollywood siapa gitu lupa), tapi foto-foto seorang gadis yang sedang memakai berbagai macam rambut palsu itu ternyata adalah Sophie sendiri. Ia memang sengaja difoto dengan ke semua model rambut palsu tersebut oleh temannya, Martin.
Buku ini hampir sembilan puluh persennya adalah monolog. Untuk setengah perjalanan awal, membacanya biasa saja tapi pada waktu mendekati akhir... buku ini terasa jadi sangat membosankan. Lalu jadinya ingin cepat-cepat aja tutup bukunya >.<
Kelebihan buku ini adalah karena semangat Sophie yang menular pada pembacanya. Walau ia memang mengidap kanker, tapi semangat, keberanian, juga humor yang ia tuliskan mampu membuat pandangan baru tentang penyakit ini. Bahwa divonis kanker itu bukan berarti dunia akan langsung berakhir, dengan disiplin dan pantang menyerah semuanya bisa dilalui.
Untuk setiap karakter yang diperkenalkan Sophie melalui wig-nya, terus terang saya sama sekali tidak ingat. Yang pirang panjang siapa, yang pirang pendek siapa, yang berwarna merah siapa, dan lainnya. Dan blurb di belakangnya yang bilang bahwa sembilan rambut palsu adalah sembilan kepribadian Sophie itu salah dan rancu. Karena Sophie sama sekali tidak mengalami gangguan psikologis yang membuat kepribadiannya terpecah. Sophie tetaplah Sophie, ia hanya berperan menjadi orang lain saat mengenakan rambut palsu.
Dan sampai saat saya menutup buku ini, saya kagum dengan semangat Sophie yang pantang menyerah sampai akhir ^^
Kisah Sophie ini juga telah diangkat ke dalam layar lebar di Jerman dengan judul Heute bin ich blond (The Girl with Nine Wigs) yang dirilis pada tanggal 28 Maret 2013. Film yang berdurasi 115 menit ini dibintangi oleh Lisa Tomaschewsky, Karoline Teska, David Rott. Wawancara Sophie van der Stap dan Lisa Tomaschewsky tentang film tersebut dapat dibaca di sini.
Lisa Tomaschewsky (kiri) dan Sophie van der Stap (kanan). Foto oleh Tony Kay. Sumber: di sini |
Movie Trailer:
Lisa sama Sophie kok hampir mirip yak? :O
ReplyDeleteIya, mirip. Sengaja dipilih yang mirip sepertinya karena untuk film :O
Delete