Pages

Friday, November 8, 2013

[Book Review #41] Liesl & Po

Penulis: Lauren Oliver
Penerjemah: Prisca Primasari
Ilustrasi: Kei Acedera
Penerbit: Mizan Fantasi
Cetakan I, April 2013
Tebal: 320 halaman
ISBN: 978-979-433-712-7
Rating: 4 dari 5 bintang
Status buku: Pinjam dari Nisa
Harga: Rp. 36.125 di Bukukita

Blurb:

Di hari ketiga setelah kematian ayahnya, Liesl melihat hantu.

Liesl dikurung di loteng oleh sang ibu tiri. Di malam-malam gelap, Liesl menghibur diri dengan menggambar. Lalu, kegelapan di lotengnya menggeliat dan melentur, memunculkan sesosok hantu. Po, yang datang dari Dunia Lain, tempat roh dan hantu berkeliaran di kegelapan yang membentang seluas semesta. Liesl berharap Po bisa menemukan ayahnya di Dunia Lain.

Suatu hari, tak sengaja Will, murid sang Alkemis, menukar kotak berisi sihir terkuat di dunia dengan kotak abu ayah Liesl. Sebuah kesalahan yang menarik dua anak dan satu hantu dalam sebuah petualangan yang menegangkan. Petualangan yang membuat Dunia Lain dan Dunia Nyata bersentuhan dan membuka rahasia-rahasia mengerikan.

Kisah tentang persahabatan dan rasa sepi, keserakahan dan kemurahan hati, kematian dan kehidupan, Lauren Oliver berhasil meramu kisah yang petualangan yang menegangkan sekaligus menghangatkan hati.

Review:

Liesl dikurung di loteng rumahnya sendiri oleh ibu tirinya Augusta. Tiga hari berselang setelah kematian ayahnya, Liesl dapat melihat hantu untuk pertama kalinya. Ia melihat sosok Po dan Bundle berupa bayangan hitam di salah satu sudut kamarnya. Tapi anehnya ia tidak merasakan takut ataupun perasaan ingin lari menjauhi Po, ia malah mulai menganggap Po sebagai temannya.




Liesl meminta Po untuk mencari ayahnya di dunia lain dan mengatakan penyesalannya karena tidak bisa mengucapkan selamat tinggal pada beliau. Tapi ternyata, yang didapatkan Liesl malah dua kali lebih besar dari permintaannya. Ingatan ayahnya di dunia lain adalah tentang pohon willow dan sebuah rumah yang dulu dihuni oleh mereka sekaligus tempat di mana ibunya dimakamkan.
"Jauh lebih mudah kalau kau adalah hantu." - hal. 247
Will adalah seorang anak laki-laki dan sekaligus menjadi murid seorang Alkemis berusia 77 tahun yang bawel, tukang perintah, dan sering mengeluarkan kata-kata negatif padanya. Pada suatu hari ia diminta untuk mengantarkan sebuah kotak yang berisi sihir terhebat sepanjang masa kepada Lady Premiere. Will yang sering melihat Liesl saat menggambar malahan mengabaikan perintah sang Alkemis dan menunggu Liesl untuk muncul di jendela kamarnya. Ia hampir menyerah... namun Liesl muncul juga setelah tiga hari ia tidak berada di sana. Hati Will senang, ia pergi ke tempat Mr. Gray dulu sebelum ke tempat Lady Premiere karena tempatnya lebih dekat. Will sempat tertidur di sana dan tidak menyadari kotak tersebut telah tertukar.

Liesl memulai petualangannya untuk menaruh abu ayahnya di bawah pohon willow di Gainsville. Tapi perjalanan dari Cloverstown ke sana membutuhkan waktu yang lama. Liesl akhirnya menyusup masuk ke dalam kereta api bersama Po dan Bundle.



Di saat yang sama Lady Premiere dan Alkemis pun marah pada Will yang ceroboh. Will yang takut dengan apa yang akan terjadi padanya langsung kabur dan berencana meninggalkan kota. Ia pergi ke stasiun kereta api untuk menyusup ke dalam gerbong dan membiarkan kereta api membawanya pergi.

Lalu saat kereta api berhenti, ia bertemu dengan Liesl. Ia membantu gadis itu menyelesaikan tujuan awalnya. Menuju Pondok merah di Gainsville.
"Saat sedang ketakutan, orang-orang tak selalu melakukan hal yang benar. Mereka berpaling. Menutup mata. Mengatakan, besok. Mungkin aku akan bertindak besok. Dan mereka akan mengucapkan itu sampai mati." - hal. 103
Kesampaian juga baca buku ini. Setelah galau pengin beli di OT, waktu itu sih lihat Nisa lagi posting review-nya di Goodreads, dengan keponya saya bilang pengin pinjam dan dikasih. Hore :D

Sebetulnya untuk sampul depan saya suka buku yang terbitan HarperCollins, tapi untuk yang edisi Mizan... ya bolehlah. Namun, ilustrasi yang bertebaran di dalam bukunya jelas-jelas bikin saya kepincut. Selain membuat cerita menjadi hidup, ilustrasi di dalamnya pun membantu saya untuk membayangkan setiap karakter dalam buku ini. Yang saya suka juga adalah terjemahan bukunya yang luwes, sehingga saya menikmati proses petualangan Liesl, Will, dan Po.

Pada beberapa bagian buku ini terasa kelam, karena katanya Lauren Oliver sedang berkabung atas kematian sahabatnya pada saat menulis buku ini. Jadi tokoh Liesl adalah perjalanannya sendiri dan buku Liesl & Po adalah buku yang paling personal baginya. 

Untuk karakter... saya paling suka dengan Liesl. Liesl itu tipe-tipe anak perempuan yang ngegemesin dan saya suka dengan penggambarannya yang berambut panjang. Untuk karakter yang paling saya tidak sukai adalah Augusta dan Lady Premiere. Saya gak suka ada orang dewasa yang memakai kekerasan pada anak kecil. Tapi ya, namanya juga dongeng. Cinderalla juga gak akan jadi putri kalau misalnya dia gak punya ibu tiri :|

Ini review lain dari Nisa [link], mau gak mau saya setuju dengan dia. Ada beberapa lubang dalam plotnya hingga beberapa kepingan puzzle tidak tersusun dengan rapi. Tapi untuk keseluruhan, saya suka dengan buku ini. Liesl yang selama ini menerima nasib saja di dalam loteng rumahnya kini bisa bebas berpetualang dan menemukan kebenaran di balik semua misteri hidupnya. Ending-nya lumayan untuk sebuah buku anak dan kejutannya pun cukup membuat saya tersenyum. Satu bintang untuk Liesl, satu bintang untuk Po, satu bintang untuk Will, dan satu bintang untuk ilustrasi dalam bukunya :D

4 comments:

  1. Itu ilustrasi di dalamnya??? huwaaaaaa wajib beli nih >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup... itu memang ilustrasi dari dalam bukunya :D

      Delete
  2. inilah yg saya suka dengan buku anak2 ada ilustrasinya.
    Harusnya buku dewasa juga ada donk #gakmaukalah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang seri STPC Gagas itu kan ada ilustrasi-nya, Mbak Lin. Hihihi... tapi emang sih, aku juga lebih suka buku anak kalau untuk ilustrasi.

      Delete