Pages

Monday, March 31, 2014

[Book Review #92] The Witch's Guide to Cooking with Children

Penulis: Keith McGowan
Ilustrasi: Yoko Tanaka
Penerjemah: Tanti Lesmana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan pertama, Juni 2012
Publikasi pertama: 2009
Tebal: 192 halaman
ISBN: 978-979-22-8550-5
Rating: 4 dari 5 bintang
Bisa didapatkan di: Bukukita

Blurb:

Ketika Sol dan Connie Blink pindah ke Grand Creek, salah satu orang yang pertama menyambut mereka adalah Fay Holaderry dan Swift, anjingnya yang ramah. Swift membawa-bawa tulang yang sangat aneh di mulutnya. Sol, anak sebelas tahun yang sangat cerdas, tahu bahwa tulang itu adalah tulang paha manusia; dia dan adiknya, Connie, jadi bertanya-tanya apakah tetangga baru mereka bermaksud jahat.

Maka dimulailah petualangan seru mereka. Sol dan Connie mendapati banyak rahasia lucu—dan berbahaya—mengintai di daerah perumahan yang kelihatan sangat normal sekalipun.

Review:

"Kalau kau seorang anak kecil dan kau membaca ini, mungkin kau perlu menanyakan beberapa hal pada dirimu. Apakah kau suka menuntut yang aneh-aneh pada orangtuamu? Apakah kau selalu patuh? Seberapa sering kau meminta kenaikan uang saku? Apakah akhir-akhir ini orangtuamu suka mengatakan satu atau lebih dari hal-hal berikut ini: "Aku sudah kewalahan," "Aku muak dan capek dengan kelakuanmu," atau, yang paling penting, "Aku sudah tidak tahan lagi"?

Kalau jawabannya Ya, Tidak, Sering, dan Ya, berarti kau perlu mempertimbangkan untuk mengubah sepak terjangmu." - hal. 15

Solomon dan Constance Blink, atau Sol dan Connie pada suatu hari pindah ke Schoneberg pada musim panas. Bagi Sol, kepindahan ini merupakan awal baru baginya untuk melupakan hari buruk yang dialaminya di kota sebelumnya. Sedangkan bagi Connie, ini berarti pasrah pada keputusan ayah dan ibu tiri barunya yang sebelumnya juga dengan sengaja membuang kucing Connie, Quantum gara-gara alasan alergi ibu tirinya.

Sol adalah seorang anak yang cerdas, yang seringnya direndahkan oleh lingkungan sekitarnya. Ia juga adalah anak laki-laki yang memiliki rambut sebahu seperti perempuan. Sedangkan Connie adalah anak perempuan yang memiliki rambut cepak seperti laki-laki. Tidak seperti Sol yang cerdas, Connie biasa-biasa saja.

Hari pertama di lingkungan barunya, mereka disambut oleh Fay Holaderry dan anjingnya Swift. Kesan janggal ditangkap Sol pada saat melihat Swift menggigit sebuah tulang. Tulangnya tidak mirip tulang sapi atau tulang binatang lainnya. Lalu pada saat Sol sengaja mencari-cari tulang apa tersebut di perpustakaan daerah, ia menemukan bahwa ternyata tulang tersebut adalah tulang manusia.

Dengan keingintahuan yang besar, Sol dan Connie masuk secara diam-diam ke rumah Holaderry pada saat ia pergi. Rumah dan isinya tampak biasa, tapi ternyata Holaderry memiliki sebuah tanaman aneh yang dapat membuat orang lain yang mencium bau dari tanaman tersebut tidak bisa berhenti tertawa. Dan ia juga memiliki sebuah diari yang berisi petualangannya sekaligus rahasia terbesarnya.

"Banyak orang yang gagal dalam hidup ini, tidak menyadari bahwa ketika mereka menyerah, sesungguhnya mereka sudah dekat pada kesuksesan." - Thomas Edison, hal. 22.

Buku ini berisi dongeng yang diadaptasi dari cerita rakyat yang sangat terkenal, Hansel dan Gretel. Dengan ditulis ulang, dimodifikasi, dan dimodernisasi sehingga buku ini menarik untuk dibaca sekaligus jadi sebuah peringatan halus untuk anak-anak agar tidak nakal dan sering membantah orang tuanya.

Sampul depan buku dan judulnya benar-benar membuat saya tertarik untuk membacanya. Jarang-jarang buku anak-anak memiliki sampul seperti itu. Dan dengan segala keanehan bukunya, saya menyarankan buku ini dibaca oleh anak-anak asal dengan bimbingan orangtuanya. Sedangkan untuk ilustrasinya, agak terkesan gelap untuk saya. Entah karena dicetak hitam putih atau karena memang sengaja dibuat demikian.

Saya suka dengan nama-nama karakter yang dipakai dalam buku ini. Sol, Connie, Holaderry, Swift, dan Quantum. Rasanya memang tidak biasa tapi sekaligus tidak mudah mudah dilupakan.

Kebiasaan umum pada kakak beradik adalah mereka biasanya saling iri dengan saudaranya. Begitu pula dengan Connie yang jahil dan iri dengan Sol. Beberapa kali bahkan ia membuat saudaranya terkenal masalah di tempat tinggal terdahulunya. Tapi Sol yang memang sebagai kakak, ia selalu menganggap Connie sebagai saudaranya dan terus saja melindungi dan menyayanginya. Nah, ini adalah salah satu contoh baik lainnya yang bisa diambil dari buku ini.

Alur bukunya cepat dan saya tidak merasa kesulitan dalam membacanya. Apalagi dengan sudut pandang yang diambil oleh penulisnya (POV 3), saya bisa dengan mudah mengenal karakternya dengan baik. Begitu juga dengan terjemahannya yang baik, setiap kalimatnya mengalir dan enak dibaca. Salah kata yang saya temukan dalam bukunya pun tidak banyak, hanya ada dua, yaitu di halaman 22 (bongkaha, seharusnya bongkah) dan di halaman 54 (mreka, seharusnya mereka).

Selain itu, saya suka dengan jenis, ukuran, dan jarak hurufnya. Enak banget bacanya dan saran untuk GPU semoga jenis huruf ini sering dipakai dalam buku-buku anak lainnya yang akan diterjemahkan :D

Akhir dari buku ini kalau menurut saya lebih ke open ending yang menuntut kita untuk berimajinasi dengan segala kemungkinan yang ada. Memang agak nanggung sebetulnya, tapi ternyata memang cerita Sol dan Connie ini tidak hanya sampai dalam buku ini saja. Petualangan mereka berlanjut di buku The Witch's Curse yang semoga saja bisa saya dapatkan dan baca secepatnya. 4 bintang untuk petualangan seru Sol dan Connie.

Literary award:
- Indie Next Pick for Kids (2009)
- Nene Award Nominee (2012)
- ALA Notable Children's Recording (2010)
- Texas Bluebonnet Award Master List

Review ini diikutsertakan dalam:
- Lucky No. 14 Reading Challenge
- 2014 TBRR Pile
- Children's Literature Reading Project
- Indiva Readers Challenge 2014

No comments:

Post a Comment