Pages

Wednesday, April 16, 2014

[Book Review #95] Reasons

Penulis: Aditia Yudis
Penyunting: Ida Wadji, Jason Abdul
Penerbit: Noura Books
Cetakan pertama, Juli 2013
Tebal: 332 halaman
ISBN: 978-602-7816-41-1
Rating: 3 dari 5 bintang
Bisa didapatkan di: Bukukita

Blurb:

Adeline dan Amber bertemu dalam satu titik kehidupan. Mereka punya impian yang sama. Tapi hanya satu yang bisa mencapainya. Awalnya, mereka pikir persaingan itu hanya sementara. Tapi ternyata masa depan mereka pun saling bertautan, karena beberapa alasan...

Review:

Adeline dan Amber, sama-sama bersekolah di tempat yang sama. Sama-sama mengikuti Lomba Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh universitas yang menjadi impian mereka berdua, Universitas Indonesia. Karena hadiah lomba tersebut adalah tiket untuk memasuki UI dengan jalur khusus.

Awalnya hubungan keduanya biasa saja. Mereka tahu mengenai satu sama lain tapi tidak mempersalahkannya. Tapi sesuatu berubah sejak pengumuman Lomba Karya Ilmiah tersebut. Adeline memenangkan lomba tersebut sekaligus menggusur peluang Amber untuk masuk UI melalui jalur khusus tersebut.


Amber yang awalnya manis, kini terhasut dan gelap mata. Ditambah karena tekanan dari orang tuanya yang memang selalu membandingkan dirinya dengan kakak laki-lakinya, Abimantra ia melakukan tindakan tercela dengan menggencet Adeline dan menyebarkan gosip tidak benar tentangnya. Dan parahnya lagi, ia menjelek-jelekkan mama Adeline yang memang sedang mengalami depresi karena suaminya meninggal.

Adeline diam saja atas semua tindakan Amber dan berharap bisa terbebas darinya. Dan ketika ia merasa telah terbebas dari Amber, takdir mempertemukan mereka kembali sebagai sesama mahasiswa. Masalah kembali muncul saat Amber suka dengan teman Adeline, Sigit dan begitu pula Abimantra yang suka dengan Adeline. Pemicu yang membuat Amber tidak menyukai Adeline kini muncul kembali dan meminta penyelesaian.


"Nyaris tak ada tujuan yang bisa ditempuh tanpa rintangan. Sebab itulah tercipta harapan yang menguatkan tekad untuk bisa melintasi perjalanan mencapai tujuan." - hal. 76

Ini adalah buku ketujuh Adit (termasuk buku antologi) yang saya baca. Jika biasanya gaya bahasa Adit itu mendayu, manis, dan alurnya bergerak dengan lambat. Kali ini saya mendapatinya berbeda dari buku sebelumnya. Reasons ini bahasanya lugas dan to the point. Tidak ada kalimat berbunga yang biasanya Adit tulis. Mungkin karena ceritanya lebih ke teenlit jadi cara penulisannya diubah menjadi sederhana.

Tema bullying ini sepertinya menjadi masalah sensitif sekaligus isu yang sering diangkat akhir-akhir ini. Tapi entah mengapa, tema seperti ini justru keseringan untuk diangkat dalam novel atau film remaja sehingga saya merasa bosan. Mungkin jika Adit menulisnya pada sepuluh tahun yang lalu di saat tema seperti ini belum terekspos dengan detil, buku ini dapat menjadi pembelajaran bagi yang membacanya agar tidak mengalami atau melakukan hal seperti ini.

Tapi, lain halnya dengan ilustrasi yang ada pada penanda awal babnya. Bagus! Menjadi nilai tambah disamping sampul depannya yang manis. Namun, penyuntingan buku ini sepertinya tidak maksimal. Ada kata yang bergabung dengan tidak sengaja, tidak dipisahkan dengan spasi sehingga saya terganggu karena banyaknya hal tersebut di sepanjang bukunya.


Saya dibuat setuju dengan pendapat yang diungkapkan oleh Dwi pada resensinya di Goodreads, bahwa buku ini bukanlah tentang menggapai impian. Semuanya tentang perseteruan dan pertarungan tidak mau kalah dari Adeline dan Amber. Jika... memang ini tentang mimpi, saya rasa Amber tidak akan menodainya dengan kembali mengolok-olok Adeline saat mimpinya masuk UI di jurusan yang ia inginkan (bukan orangtuanya) telah tercapai. Begitu juga dengan Adeline, ia tidak akan repot-repot menjebak Amber demi membalas perlakuannya. Ujung-ujungnya saya menyalahkan satu hal, karena umur mereka yang masih remaja, mereka cenderung bersikap kekanak-kanakkan dan merasa dirinya paling menderita di seluruh dunia :v

Pada awalnya saya cukup suka dengan karater Amber. Ia pintar, cantik, pandai bergaul, dan hidup berkecukupan. Tapi semua sikap itu terbalik berbeda saat ia mulai melakukan bully pada Adeline. Lalu seimbang dengan Adeline, awalnya juga saya cukup suka. Ia pintar, mandiri, dan berkemauan keras pada impiannya. Tapi beberapa kebutuhannya dibuat selesai dengan mudah oleh penulisnya. Contoh saat Adeline kekurangan uang untuk masuk UI, ia mendapatkannya dari Bang Rizal. Walaupun oke dia pinjam, tapi kok di belakang gak diungkit-ungkit lagi soal ini. Dan yang paling aneh, saat ia butuh laptop, ia langsung mendapatkan pinjaman dari Sigit. Sigit kan belum kenal Adeline lama banget, udah maen pinjemin laptop aja. Hmm...

Akhir dari buku ini, saya tidak mempermasalahkannya. Masalah yang sebetulnya rumit bisa terselesaikan dengan mudah. Lalu, jika saya memilih salah satu dari ketujuh buku Adit yang telah saya baca, saya akan memilih Reasons dibandingkan yang lain.

Jika pada buku Biru pada Januari Adit memasukkan Linkin Park pada bukunya, kali ini ia memasukkan beberapa buku favorit beserta tokoh-tokohnya. Sebut saja Star Trek, seri Lord of the Rings beserta Hobbit-nya, The Mortal Instruments, Naruto, dan lainnya. Jadi jika Adit kembali merilis buku, mungkin saya akan mengetahui siapa atau apa yang sedang disukainya pada cerita yang ditulisnya. 3 bintang untuk Reasons...

Review ini diikutsertakan dalam:
1. Indonesian Romance Reading Challenge 2014
2. Lucky No. 14 Reading Challenge (kategori Freebies Time)
3. 2014 TBRR Pile
4. Young Adult Reading Challenge 2014
5. Indiva Readers Challenge 2014

No comments:

Post a Comment