Pages

Sunday, April 27, 2014

[Book Review #97] Naked in Death

Penulis: J.D. Robb
Penerjemah: Sisilia Kinanti Gitomartoyo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan pertama, Maret 2008

Publikasi pertama: 1995
Tebal: 440 halaman
ISBN: 978-979-223-604-0
Rating: 4 dari 5 bintang

Bisa didapatkan di: Grazera

Blurb:

Eve Dallas adalah Letnan polisi New York yang memburu pembunuh berdarah dingin. Selama lebih dari sepuluh tahun di kepolisian, ia sudah melihat semuanya-dan tahu kemampuannya bertahan hidup tergantung pada nalurinya. Dan ia melawan semua peringatan yang melarangnya berhubungan dengan Roarke, miliarder Irlandia-dan salah satu tersangka dalam kasus pembunuhan yang ditangani Eve. Namun gairah dan rayuan mempunyai aturan tersendiri, dan tergantung pada Eve untuk mengambil kesempatan dalam pelukan pria yang sama sekali tidak dikenalnya-kecuali rasa lapar yang adiktif akan membutuhkan sentuhan pria itu.

Review:

Baru saja menyelesaikan satu kasus yang mengharuskan Letnan Eve Dallas membunuh seseorang penjahat, ia sudah diterjunkan kembali ke dalam kasus pembunuhan sadis yang menghilangkan nyawa seorang pendamping profesional dan sekaligus cucu seorang senator berpengaruh dari Virginia.

[Korban Pertama]
Nama: Sharon DeBlass
Jenis kelamin: perempuan
Posisi korban dan lukanya: tubuhnya terlentang di tengah ranjang dengan lubang di dahi, dada, dan di antara pahanya (pada alat kelaminnya).
Senjata pembunuhan: Pistol Smith & Wesson Model 10, baja biru, kaliber 38, buatan tahun 1990.
Pesan dari pelaku: SATU DARI ENAM
Dugaan pelaku: berjenis kelamin laki-laki, seorang serial killer.
Petunjuk lainnya: pelaku mengetahui sistem keamanan gedung, punya pengetahuan tentang video dan penyuntingan, juga seorang kolektor senjata antik. Pelaku juga diduga seorang perfeksionis berdasarkan posisi mayat korban yang ditempatkan secara simetris di tengah ranjang dengan lengan dan tungkai sama lebarnya.

Dari korban pertama, semua bukti mengarah pada seorang milyarder tampan yang sebelumnya juga bertemu dengan Sharon, Roarke. Apalagi ternyata Roarke adalah seorang kolektor senjata antik dan juga dekat dengan Keluarga DeBlass. Namun, petunjuk yang didapatkan tidak dapat digunakan oleh Eve untuk menangkap Roarke.

Satu minggu kemudian, pelaku dari pembunuhan pertama kembali beraksi. Korbannya adalah seorang pendamping profesional juga. Lalu seminggu kemudian, korban ketiga juga ditemukan. Selain itu, pelaku juga mengirimkan video rekaman pembunuhan dari korban pertama sampai ketiga pada Eve.

[Korban Kedua]
Nama: Lola Starr (nama asli Alice Williams)
Jenis kelamin: perempuan
Posisi korban dan lukanya: sama dengan korban pertama. Tubuhnya terlentang di tengah ranjang dengan lubang di dahi, dada, dan di antara pahanya (pada alat kelaminnya).
Senjata pembunuhan: SIG-210, berperedam, diimpor dari Swiss.
Pesan dari pelaku: DUA DARI ENAM
Dugaan pelaku: berjenis kelamin laki-laki, seorang serial killer (terkait dengan pembunuhan sebelumnya).
Selang waktu dari korban sebelumnya: 1 minggu
Petunjuk lainnya: tidak ada sistem keamanan di gedung tersebut.

[Korban Ketiga]
Nama: Georgie Castle
Jenis kelamin: perempuan
Posisi korban dan lukanya: sama dengan korban pertama dan kedua. Tubuhnya terlentang di tengah ranjang dengan lubang di dahi, dada, dan di antara pahanya (pada alat kelaminnya).
Senjata pembunuhan: Pistol tempur antik, Ruger P-90.
Pesan dari pelaku: TIGA DARI ENAM
Dugaan pelaku: berjenis kelamin laki-laki, seorang serial killer (terkait dengan pembunuhan sebelumnya).
Petunjuk lainnya: waktu kematian adalah pukul tujuh sampai pukul tujuh lebih empat puluh lima menit pada malam hari, senjata pembunuhan terdaftar atas nama Roarke yang dibeli melalui lelang tertutup.

[Dugaan Pelaku]
1. Laki-laki
2. Pintar
3. Cenderung sosiopat serta suka mengintip
4. Berani namun bukan pengambil resiko
5. Ingin dikagumi oleh orang lain (sehingga membuat video dan mengirimkannya pada Eve).
6. Kaya
7. Memiliki kekuasaan dan kontrol
8. Ambisius
9. Suka merendahkan wanita
10. Seorang pengamat.

Dari petunjuk yang ada di ketiga pembunuhan, semuanya mengarahkan Roarke menjadi tersangka. Tapi Eve merasa ada yang janggal dibalik semua itu. Seolah-olah pelaku yang sebenarnya memaksa pihak kepolisian untuk menangkap Roarke. Tapi sebuah petunjuk remeh muncul dan tertangkap oleh Eve sehingga mengantarkannya pada si pelaku sebenarnya.

"Ya, kita saling mengenal. Dua jiwa yang tersesat. Kita berdua berpaling dari sesuatu dan membuat diri kita menjadi sosok yang berbeda. Hampir tidak mengherankan jika takdir memutuskan sejauh apa kita ingin mengikuti jalan itu." - hal. 323

Kenal buku ini gara-gara terpengaruh beberapa blogger yang merekomendasikan buku ini sekaligus mengidolakan Roarke. Nah, dari situ saya jadi penasaran sebetulnya Roarke ini seperti apa sih. Saya juga penasaran dengan buku seri ini yang bisa bertahan sampai 40 lebih serinya (termasuk novella) dan masih saja ditunggu-tunggu oleh banyak orang.

Setelah mulai membaca, saya dibawa ke dalam suasana kota New York pada tahun 2058. Tidak banyak perubahan ekstrem yang ditulis oleh J.D. Robb a.k.a. Nora Roberts. Hanya saja pada tahun 2058, mobil sudah bisa naik secara vertikal dan melayang, walau ternyata itu ilegal. Biji kopi asli harganya selangit, tersedianya mesin AutoChef untuk membuat makanan dan minuman dengan instan, juga alat kontrasepsi yang bisa langsung menghilangkan jejak sperma dalam sekejap, dan mungkin ada perubahan lainnya yang terlewat oleh saya.

Dua karakter yang menonjol dalam buku ini dan buku seri selanjutnya adalah Eve Dallas dan Roarke. Eve dideskripsikan sebagai seorang polisi wanita handal dengan tubuh tinggi dan atletis, memiliki rambut pendek berwarna cokelat, mata cokelat, memiliki lesung dagu, dan terutama dengan sifat dinginnya ia menarik perhatian Roarke. Eve sendiri memiliki trauma masa kecil yang ingin ia lupakan. Sedangkan Roarke dideskripsikan sebagai seorang milyarder pintar yang mendapatkan semuanya dengan usahanya sendiri dengan aksen Irlandia-nya, bermata biru, tulang pipi tinggi, dan rambut hitam tebal. Pokoknya Roarke ini tipe-tipe laki-laki di buku romantic suspense.

Kualitas terjemahannya lumayan. Salah katanya gak begitu banyak, tapi beberapa kali ada inkonsistensi untuk sudut pandang. Buku ini kan mengambil sudut pandang orang ketiga, nah pada beberapa paragraf ada yang sudut pandangnya tiba-tiba berubah menjadi sudut pandang orang pertama sehingga kadang-kadang bikin bingung.

Untuk akhirnya, hmm... agak kurang greget kayanya. Pelakunya juga bisa ketebak dengan mudah karena beberapa detil yang mungkin sengaja disisipkan oleh penulisnya. Lalu karena beberapa rahasia belum semuanya terungkap, terutama tentang masa lalu Eve dan Roarke, saya masih tetap penasaran untuk membaca buku selanjutnya. Mudah-mudahan saja saya bisa mengumpulkan seri ini sampai lengkap.

4 bintang untuk Naked in Death...

Review ini diikutsertakan dalam:
- 2014 TBRR Pile
- Lucky No. 14 Reading Challenge (kategori Blame it on Blogger)
- New Author Reading Challenge 2014
- Indiva Readers Challenge 2014

5 comments:

  1. astagaaa.. nih buku udah 40an serinya?! *bengong*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mbak. Aku juga bengong ini liat bukunya banyak amat XD

      Delete
  2. 40??? *pingsan*
    semoga minggu ini aku bisa segera selesaikan dan nyusul tammy *halah

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete