Penulis: Mahir Pradana
Penyunting: Ayuning
Penerbit: GagasMedia
Cetakan pertama, November 2013
Tebal: 324 halaman
ISBN: 978-979-780-656-9
Rating: 3 dari 5 bintang
Bisa didapatkan di: Bukukita
Blurb:
Hei, di sebelah dunia bagian mana kau sedang berada?
Sudah bertahun-tahun kau dan aku mencari arah.
Berkali-kali jatuh cinta pada selatan.
Menaruh keraguan pada barat.
Terus menunggu isyarat timur.
Hingga utara pun sudah tak lagi kita percaya.
Sudah kujejaki banyak kisah, kutemui pula banyak luka.
Ternyata, pada kisah lalu milik kitalah harapan itu tetap ada.
Masih kuatkah kau dan aku berjalan?
Atau, kali ini, mungkin pulang akan menjadi jawaban.
Review:
Abdul Latif atau Al mencoba meneruskan bisnis hotel yang dulu ayahnya bangun dengan menggantinya menjadi hostel. Lokasi bangunannya yang berada di dekat Pantai Losari menjadi alasan Al untuk membuat Paradise Hostel menjadi sebuah hostel. Dan berbekal pengalamannya saat keliling Eropa bersama mantan pacarnya, hostel memang dibutuhkan untuk yang ingin mendapatkan harga penginapan murah dengan tambahan bisa mendapatkan teman sepenginapan yang berbeda daerah atau negara untuk bertukar cerita.
Beberapa bulan pertama usaha hostel Al memang begitu-begitu saja dan tamunya pun tidan begitu banyak. Sampai suatu waktu... seorang pria asal Spanyol yang bernama Miguel Carrion datang. Miguel memberikan ide-ide menarik dan membantu Al untuk mengenalkan hostelnya kepada para wisatawan yang mengunjungi Makassar.
"Takdir membawaku ke sini. Terus terang, aku pun tidak mengerti. Tapi, bermodalkan keyakinan dalam hati, aku memilih jalanku. Dan, semuanya harus dimulai dengan membalas budi kepadamu. That's why I'm here."
Alasan kedatangan Miguel pun sempat dipertanyakan oleh Al. Al meragukan alasannya hanya sebatas membalas budi karena dulu Al pernah membantu almarhum ibunya saat di Berlin. Semakin majunya usaha hostel Al, membawanya kembali pada kenangan lima tahun lalu saat ia masih berpacaran dengan Sari Desiana. Kini ia bertemu Sari lagi, dan di saat yang sama ia merasakan rasa cintanya pada Sari kembali hadir.
"Orang bijak selalu mengatakan, sebelum memulai sebuah perjalanan, anggaplah dirimu sebagai sebuah stoples kosong. Lalu, dari setiap tempat yang kau kunjungi, ambillah apa pun yang bisa kau ambil. Pergunakan semua indramu untuk mengisi stoples itu. Jadi, ketika pulang ke rumah, stoples itu akan penuh oleh berbagai macam hal berbeda yang telah kau koleksi dari setiap perjalananmu." - hal. 154
Saya memilih buku ini random saat Linda bilang saya boleh memilih satu buku karena mengikuti Read-a-Thon yang digagasnya pada bulan Desember 2013 lalu. Saya iseng saja memilihnya, karena jujur saya suka dengan sampul depan bukunya. Kalau urusan blurb sih, isinya abu-abu seperti khas Gagas biasanya. Gak bisa menjelaskan isi dari buku tersebut. Dan kebetulan juga, saya belum pernah membaca buku Mahir Pradana sebelumnya.
Dalam kata pengantarnya, Mahir mengatakan bahwa awalnya ia ingin membuat catatan perjalanannya ke dalam buku ini. Namun, akhirnya ia merombak draft yang dibuatnya menjadi buku fiksi yang sebagian berisi tentang perjalanannya. Hal ini yang membuat saya bertanya-tanya sepanjang saya membaca bukunya. Kira-kira, bagian mana ya yang jelas-jelas dialami oleh Mahir? :D
Rhapsody ini mengambil sudut pandang orang pertama tunggal (Al) dengan alur maju dan mundur. Alur mundurnya cukup mudah dicerna karena di saat cerita dari masa lalu Al diangkat, Mahir selalu menuliskan tanggal kejadiannya. Prolog dalam buku ini sukses membuat saya penasaran akan isi bukunya. Diceritakan bahwa teman Al, Miguel meninggal karena kecelakaan di laut. Mulai dari situ, Al menceritakan bagaimana ia pertama kali bertemu dengan Miguel, pertemanannya dengan Bebi, hubungan keluarganya dengan Siska, masa lalunya dengan Nadia, dan juga CLBK-nya dengan Sari.
Karakter-karakternya beragam sesuai dengan porsinya masing-masing dalam buku ini. Interaksi antarkarakternya lumayan cukup baik. Apalagi ada kejadian di mana terlihat bahwa Al sangat sayang pada kakaknya, Siska. Yang saya pikir agak gak nyambung itu bahwa penulisnya memaksa harus ada adegan jalan-jalannya keliling Eropa sehingga tokoh Nadia muncul. Porsi Al menceritakan Nadia terlalu banyak dalam buku ini. Saya justru lebih suka jika porsi masa lalu Al dan Sari diceritakan. Dan bisa juga dengan tambahan Al sendiri yang jalan-jalan keliling Makassar lalu memperkenalkan semua potensi wisatanya, karena saya lebih tertarik dengan saat Mahir menulis secara singkat tentang lokasi bersejarah dan wisata di Makassar.
Poin plus lagi dari buku ini yang saya suka adalah kutipan kalimat pada awal babnya. Awalnya berupa penggalan lirik Coldplay, lalu lama kelamaan kutipan itu disisipi juga dengan kalimat-kalimat yang ditulis oleh Mahir. Salah satunya adalah yang ini: "Every dream has a deadline. Then a good dreamer must ignore the deadline." Saya tahu saya belum bisa mewujudkan salah satu mimpi terbesar saya, dan membaca kutipan ini seperti mengingatkannya kembali bahwa sepertinya saya harus kembali ke jalan yang benar XD
Untuk keseluruhan, saya suka dengan bukunya. Semoga suatu hari saya bisa menginap di salah satu hostel yang konsepnya sama dengan Paradise Hostel di mana ruang sosialnya benar-benar membuat suasana seperti di rumah sendiri. 3 bintang untuk Rhapsody.
Review ini diikutsertakan dalam:
1. Indonesian Romance Reading Challenge 2014
2. Lucky No. 14 Reading Challenge (kategori Cover Lust)
3. 2014 TBRR Pile
4. New Author Reading Challenge 2014
5. Indiva Readers Challenge 2014
No comments:
Post a Comment