Editor : FX Rudy Gunawan
Penerbit : GagasMedia
Edisi : Cetakan kedelapan, 2010
Tebal : 200 halaman
ISBN :
ISBN (13) 978-979-3600-96-3
ISBN (10) 979-3600-96-9
Rating: 3 bintang dari 5
Sinopsis singkat :
Menceritakan tentang sepasang suami istri, Tata yang seorang ahli hukum dan Rahmat yang seorang psikolog, sedang mengidam-idamkan seorang anak untuk melengkapi kehidupan pernikahan mereka yang telah berjalan selama 7 tahun. Berbagai cara mereka coba, mulai dari yang disarankan dalam dunia medis sampai cara nyeleneh yang “katanya” membantu mempercepat hamil.
Kehidupan mereka yang bahagia dan penuh cinta itu lambat laun menjadi retak gara-gara satu lembar surat hasil laboratorium. Tata yang merasa dunianya berakhir dan Rahmat yang merasa akan kehilangan dunianya mulai berjalan tak beriringan. Perpisahan menjadi satu-satunya kata yang terlintas di kepala mereka.
Review :
Awal perkenalan saya dengan buku ini terbilang lucu. Pada suatu hari saya melihat sebuah poster besar di dalam sebuah bioskop tentang sebuah film yang berjudul Test Pack. Test pack?! Itu kan alat pendeteksi kehamilan, pikir saya. Lalu lama kelamaan saya tahu bahwa ternyata film tersebut diambil dari sebuah buku dengan judul yang sama yang diterbitkan oleh GagasMedia. Tapi tunggu, saya tidak langsung membelinya. Berhubung daftar buku yang harus saya beli sudah membludak, jadi buku ini saya simpan di daftar bawah.
Hmm… mungkin betul ungkapan “kalau sudah jodoh bukan kemana”, +Siska Barendha meminjamkan buku ini pada saya.
Kemudian saya tertarik untuk membacanya dan memposisikan buku ini pada tempat teratas pada buku yang saya baca duluan. Alasan ketertarikan itu adalah pertama karena sampul bukunya dan kedua karena review pendek yang terdapat dalam sampul depan buku itu.
“Jangan kawin dulu sebelum baca buku ini” – Hagi Hagoromo.
Siapa coba yang tidak mau menikah? Semua orang kalau ditanya jawabannya pasti MAU! Jadilah saya mulai membaca buku ini.
Secara keseluruhan buku ini menarik. Mengangkat tema yang jarang diangkat oleh orang lain. Bahasanya mengalir, humornya cukup menggelitik, tapi sayang masih saja ada salah tulis dan eja padahal sudah cetakan ke delapan.
"Pilihlah seseorang apa adanya. Bukan karena ada apanya."
Kalimat itu cocok dengan isi buku ini yang menggambarkan cinta dan sebuah komitmen di atas segalanya. Untuk seseorang yang belum menikah seperti saya, buku ini cukup membuka wawasan saya mengenai bagaimana pernikahan nantinya. Jadi kesimpulannya buku ini saya rekomendasikan sebagai bacaan ringan. Karena penuh dengan sisi positif yang dapat diambil dan dipelajari di dalamnya.
"Will you still love them, then?
That’s why you need commitment.
Don’t love someone because of what/how/who they are.
From now on, start loving someone, because you want to."
aku sukaaaa banget sama novel ini, aku juga udah pernah bacaa, filmnya juga aku liat.. good job btw reviewnya bagus gini. semoga kita cepat "kawin" yah hahahaha
ReplyDeleteAmiin.. semoga kita cepet kawin XD
DeleteAku sih baru baca aja, belum pernah nonton filmnya. Kalo ternyata bagus, nonton juga ah...