Penerjemah: Watumesa Agustina
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan I, Mei 2011
Tebal: 440 halaman
ISBN: 978-979-22-7076-1
Rating: 2,5 dari 5 bintang
Blurb:
Pengusaha terkenal Simon Monkwell dan perencana pesta Isabel Serranti saling mengenal sejak kecil. Simon dulu sering menjaili Isabel dan menjadikan hidupnya bagai neraka. Sekarang Isabel berumur 26 tahun dan, melalui berita yang ia baca di surat kabar, tahu Simon belum berubah sedikit pun. Jadi ketika ia diperintahkan atasannya mengurus pesta dansa amal di estat Simon, nyali Isabel sempat ciut. Namun, ia bertekad melupakan masa lalu dan menguatkan hati bertemu Simon. Dalam waktu singkat Isabel terjerat keeksentrikan keluarga Monkwell dan mendapati ingatannya tentang Simon tak seakurat dugaannya semula…
Review:
Isabel Serranti atau Izzy adalah seorang perencana pesta. Saat kecil, keluarganya bersahabat dengan keluarga Monkwell. Waktu itu ia pun sering menghabiskan waktu di estat keluarga Monkwell. Isabel berteman dengan dekat dengan Simon. Mereka sering menghabiskan waktu bersama sampai membuat bahasa kode yang hanya dimengerti oleh mereka sendiri dan sering membuat orang lain kesal karenanya.
Namun tiba-tiba sikap Simon terhadap Isabel berubah seratus delapan puluh derajat. Ia terus menjahati Isabel sampai akhirnya Isabel tidak pernah lagi menemui Simon dan berkunjung ke estat Monkwell.
Lima belas tahun kemudian, Isabel harus berurusan kembali dengan keluarga Monkwell dan terutama Simon. Ia disewa sebagai perencana pesta dansa amal yang akan diselenggarakan oleh Simon di estatnya di St. Edmunds. Simon yang ia kenal sekarang sama persis dengan Simon yang ia ingat saat terakhir kali. Untung saja, ia dekat dengan keluarga Simon yang lainnya. Monty, Will, dan Aunt Flo.
Setelah mengenal keluarga Monkwell lagi, Isabel menyadari bahwa semua prasangka yang ia duga sebelumnya salah. Akhirnya, Isabel membantu merencanakan pesta dansa sekaligus membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh keluarga Monkwell.
***
Buku ketiga Sarah Mason yang saya baca. Namun, saya tidak terlalu terkesan. Ide ceritanya termasuk biasa dan jika dibandingkan, saya lebih suka Playing James.
Party Season mengambil sudut pandang orang pertama tunggal (Isabel), seperti kebanyakan chicklit lainnya. Tapi akibat banyaknya deskripsi yang terlalu panjang di seluruh bagian buku, jadinya bacanya malah bosan. Saya sampai beberapa kali menutup bukunya dan malah menonton film supaya gak merasa tertekan, karena bukunya sama sekali gak tipis dan gak bisa sekali waktu habis >.<
Untuk terjemahannya sebetulnya bagus, jadi sepertinya memang ceritanya saja yang membuat jadi bosan. Dari keseluruhan bab, saya juga hanya menemukan tiga salah ketik.
Dari beberapa chicklit yang saya baca, biasanya saya paling suka dengan humor yang selalu menjadi pelengkap dalam kisah-kisah romannya. Tapi untuk buku ini, satu-satunya adegan lucu yang ada itu hanya saat laba-laba Aunt Flo, Poppet menghilang, terus Isabel dan Simon terpaksa bersembunyi di lemari pakaian salah satu tamu Simon di estatnya.
Untuk karakter favorit, saya sukanya... Dominic! Dom itu lucu, ceplas-ceplos, setia kawan, baik, pokoknya oke lah. Awalnya sampai tiga perempat buku, saya pikir Dom itu perempuan, eh tahunya... ternyata dia itu laki-laki. Karena sepertinya Sarah Mason kurang mendeskripsikan Dom dengan detil
Untuk keseluruhan, buku ini lumayan untuk dijadikan sebagai bacaan disaat santai atau bacaan untuk read-a-thon seperti saya. 2,5 bintang untuk buku ini.
No comments:
Post a Comment