Penerjemah: Dhanang Ernawan dan Ambhita Dhyaningrum
Penerbit: Atria
Cetakan I, April 2011
Tebal: 192 halaman
ISBN: 978-979-024-461-0
Rating: 4 dari 5 bintang
Bisa didapatkan di: Bukukita
Blurb:
Apakah kau mengharapkan dongeng manis yang akan membawamu melayang ke alam mimpi? Kau boleh mencari ke tempat lain.
Dongeng-dongeng yang dikumpulkan oleh Jacob dan Wilhelm Grimm pada 1800-an ini menggambarkan kehidupan keras dan kejam di Eropa pada saat itu. Beberapa kisahnya lucu, penuh semangat, cinta, dan mengajarkan kebaikan. Namun, dongeng-dongeng yang lain begitu sinis; berisi pembalasan dendam, ketamakan, serta kejahatan. Luasnya jangkauan dongeng-dongeng ini membentuk bagian penting dalam memahami dunia.
Sembilan belas dongeng dalam buku ini mengangkat kisah-kisah klasik yang diceritakan secara turun temurun seperti Ashcenputtel, Rapunzel, Briar Rose, serta Hansel dan Gretel. Kisah-kisah ini populer sejak pertama kali diterbitkan, dan wajib berada di rak buku di setiap rumah.
Review:
Buku ini terdiri dari 19 dongeng yang judul-judulnya adalah Musisi dari Bremen, Teka-Teki, Tom Ibu Jari, Briar Rose, Dua Belas Putri yang Menari, Pengantin Perampok, Ratu Lebah, Raja Janggut Mengerikan, Peri Pembuat Sepatu, Aschenputtel (atau lebih popular dengan sebutan Cinderella), Hansel dan Gretel, Serigala dan Tujuh Kambing Kecil, Pangeran Katak, Frau Holle, Rumpelstiltskin, Tiga Pemintal, Gadis Angsa, Rapunzel, dan Snow-white.
Dari buku ini saya jadi tahu, ternyata Grimm Bersaudara itu adalah orang yang mengumpulkan dongeng rakyat ini untuk dibukukan di abad ke-18, bukannya penulis dongeng-dongeng tersebut. Saya acungi jempol untuk dedikasi beliau dalam mengumpulkan manuskrip dongeng tersebut.
Dari kesembilan belas dongeng tersebut, beberapa di antaranya saya tahu dan pernah mendengar, lalu sisanya baru saya tahu setelah membaca buku ini. Waktu saya kecil tidak banyak memang buku dongeng yang saya punya, jadi dongeng-dongeng lain yang saya ketahui kemudian adalah yang saya baca setelah remaja atau menonton adaptasi dari film animasinya.
Dengan membaca buku kumpulan dongeng ini, saya jadi tahu juga mengenai beberapa perubahan dan modifikasi dalam buku dongeng dan film animasi yang sudah saya baca dan tonton. Seperti misalnya Snow-white. Akhir cerita dari buku yang dulu saya baca itu, Snow-white terbangun karena kecupan dari seorang pangeran tampan. Tapi dalam versi aslinya di sini, ternyata Snow-white terbangun karena potongan apel yang dimakannya
Di bandingkan dengan dongen HC. Andersen - Gadis Korek Api yang sama-sama diterbitkan oleh Atria, dongeng Grimm Bersaudara ini saya rasa cukup aman jika ingin dibacakan untuk anak kecil. Ada beberapa dongeng yang secara eksplisit menuliskan tentang darah dan pembunuhan, tapi selebihnya tidak ada. Terus yang pasti juga tidak sekelam dongeng HC. Andersen.
Karena terlanjur membandingkan, jika ditanya mana yang lebih saya sukai. Jelas saya akan mengatakan kalau saya lebih suka dongeng Grimm Bersaudara. Karena saya berniat membaca lagi buku ini, saya rasa adanya daftar isi di dalam bukunya berguna untuk lebih mempermudah menemukan dongeng yang ingin dibaca. Jadi tidak perlu membuka-buka bukunya dan mencari satu persatu.
Untuk dongeng favorit yang ada di dalam buku ini, saya memilih Ratu lebah, Aschenputtel, Hansel dan Gretel, Frau Holle, Rapunzel, dan Snow-white. 4 bintang dongeng tersebut :D
Review ini diikursertakan dalam:
- 2014 TBRR Pile Reading Challenge
- Lucky No. 14 Reading Challenge (kategori Walking Down The Memory Lane)
- Indiva Readers Challenge 2014
- Children's Literature Reading Project
No comments:
Post a Comment