Thursday, October 30, 2014

[Book Review #115] Fangirl

Penulis: Rainbow Rowell
Penerjemah: Wisnu Wardhana
Penyunting: NyiBlo
Proofreader: Dini Novita Sari
Desain cover: Bambang 'Bambi' Gunawan
Penerbit: Spring
Cetakan: pertama, November 2014
Publikasi Pertama: September 2013
Tebal: 456 halaman
ISBN: 978-602-71505-0-8
Rating: 4 dari 5 bintang
Bisa didapatkan di: Owl Bookstore

Blurb:

Cath dan Wren—saudari kembarnya—adalah penggemar Simon Snow. Oke, seluruh dunia adalah penggemar Simon Snow, novel berseri tentang dunia penyihir itu. Namun, Cath bukan sekadar fan. Simon Snow adalah hidupnya!

Cath bahkan menulis fanfiksi tentang Simon Snow menggunakan nama pena Magicath di Internet, dan ia terkenal! Semua orang menanti-nantikan fanfiksi Cath.

Semuanya terasa indah bagi Cath, sampai ia menginjakkan kaki ke universitas. Tiba-tiba saja, Wren tidak mau tahu lagi tentang Simon Snow, bahkan tak ingin menjadi teman sekamarnya! Dicampakkan Wren, dunia Cath jadi jungkir balik. Sendirian, ia harus menghadapi teman sekamar eksentrik yang selalu membawa pacarnya ke kamar, teman sekelas yang mengusik hatinya, juga profesor Penulisan Fiksi yang menganggap fanfiksi adalah tanda akhir zaman.

Seolah dunianya belum cukup terguncang, Cath juga masih harus mengkhawatirkan kondisi psikis ayahnya yang labil. Sekarang, pertanyaan buat Cath adalah: mampukah ia menghadapi semua ini?

Review:

Cath dan Wren adalah dua saudara kembar identik. Mereka suka sekali dengan buku fiksi fantasi Simon Snow yang ditulis oleh Gemma T. Leslie. Sejak pertama kali membaca bukunya sampai sekarang sudah buku ketujuh, Cath dan Wren terjebak ke dalam dunia magis yang dimiliki oleh Simon Snow, sampai pada sutu hari mereka memutuskan untuk menulis fanfiksinya.

“Inti dari fanfiksi adalah bahwa kau harus bermain di dalam alam semesta orang lain. Menulis ulang aturannya. Atau membengkokkannya. Ceritanya tidak perlu berakhir ketika Gemma Leslie sudah lelah menulisnya. Kau bisa tetap berada di dunia ini, dunia yang kau cintai, selama yang kau inginkan, selama kau memikirkan cerita baru.” – hal. 131

Dalam dunia Cath, Simon tidak lagi bermusuhan dengan Baz. Ia juga tidak jatuh cinta pada Agatha. Semua yang ditulis oleh Gemma T. Leslie mereka jungkir balikkan menjadi cerita yang berbeda. Dengan username Magicath dan Wrenegade, Cath dan Wren mendapatkan fannya sendiri di Fanfixx.net dan setiap postingan Carry On, Simon yang mereka unggah mendapatkan hits beribu-ribu.

Namun, semua berubah ketika mereka lulus SMA dan kuliah. Wren ingin mulai berbeda dari Cath. Seolah-olah memiliki wajah yang sama seumur hidup membuat Wren sulit dibedakan (apalagi dipisahkan) dari Cath. Dimulai dari potongan rambut pendek milik Wren, lalu alasan Wren ingin memiliki teman sekamar baru, kemudian lama-kelamaan Wren menjauh dari Cath. Menciptakan dunia sendiri yang hanya dimilikinya.

Di tengah keterpurukan antara masalah ia dan Wren, ia dan ayahnya, dan kedatangan kembali ibu yang dulu meninggalkan mereka, Cath mulai menemukan hal lain yang disukainya. Ia memiliki partner menulis dari kelas Penulisan Fiksi bernama Nick, ia memiliki Reagan sang teman sekamar yang walaupun judes tetapi ternyata memiliki hati yang baik, dan ia juga bertemu dengan Levi. Seorang mantan-pacar-teman-sekamar-yang-sekarang-Cath-sukai.

“Ketika kau menyadari ada seorang cowok yang menatapmu dengan pandangan yang berbeda—bahwa kau memenuhi lebih banyak tempat di bidang pandangnya. Saat itulah ketika kau tahu dia tidak bisa melihat hal lain selain dirimu lagi.” – hal. 41

Cath mulai melupakan Wren. Tidak apa-apa baginya jika Wren lebih memilih Courtney dan aktivitas dugemnya ketimbang Cath dan hal itu juga yang membuatnya terus menulis fanfiksinya sampai tenggat waktu tanggal 1 Mei 2012, di mana Gemma T. Leslie akan merilis buku kedelapan Simon Snow.

Kemudian sesuatu terjadi, Profesor Piper menentang gagasannya menulis fanfiksi. Menurutnya fanfiksi itu adalah plagiarisme. Bahwa tidak benar meminjam karakter yang dimiliki oleh seseorang kemudian menuliskannya menjadi sesuatu yang lain. Cath bimbang, di antara ingin menyelesaikan fanfiksinya sebelum tenggat waktu atau menulis kembali cerita fiksi untuk kuliahnya, atau memilih jalan keluar dari masalah-masalahnya yang lain.

“Dan terkadang kau memegang tangan seseorang hanya untuk membuktikan kalau kau masih hidup, dan bahwa ada manusia hidup lain di sana yang menegaskan fakta itu.” – hal. 105

“Aku tahu bagaimana rasanya kalau benak kita teralihkan. Mencari pengalihan. Membuat lelah diri kalian dengan melakukan hal kecil yang lain daripada menghadapi halaman kosong. Menulislah seolah nyawa kalian tergantung pada itu. Menulislah seolah masa depan kalian tergantung pada itu.” – hal. 218

Sangat senang ketika tahu Penerbit Spring akan merilis terjemahan Fangirl. Walaupun tidak terlalu berhasil menikmati Eleanor & Park tapi saya cukup penasaran juga dengan karya beliau lainnya, terutama Fangirl, yang mengambil dunia fanfiksi yang saat ini sedang tenar-tenarnya.

Untuk sampul depannya, saya suka dengan ilustrasi Cath dan Levi. Menggambarkan sekali bagaimana kegiatan mereka saat berada di kamar asrama. Cath membacakan fanfiksi Simon Snow-nya, dan Levi mendengarkan dengan seksama. Pemilihan warnanya pun oke. Sampul Fangirl versi Penerbit Spring juga membuatnya senada dengan sampul buku aslinya yang berwarna dasar hijau pastel. Tapi dari kesemuanya, saya paling suka dengan logo judul Fangirl-nya yang kebetulan sama dengan pembatas bukunya juga. Bagus! :D

Bukan ingin membandingkan, tapi tokoh utamanya Cath ini sifatnya agak mirip dengan Eleanor (Eleanor & Park). Pembawaannya seolah tertutup, pemalu, serius dalam menghadapi suatu hal, dan yang pasti biasa-biasa saja. Agak sulit memang membayangkan Wren yang akan menjadi tokoh utama buku ini, dan karakter yang pas memang haruslah Cath.

Masalah yang dialami Cath mungkin juga dialami oleh sebagian remaja lain pada umumnya, bagaimana di usia Cath ia mulai menemukan konflik antara dirinya dengan orang-orang di sekitarnya. Dan bagaimana dunianya berkembang tidak hanya sekitar lingkungan sekolah dan keluarganya saja. Cath juga mulai bisa membiasakan diri tanpa saudara kembarnya, yang saya pikir sebetulnya itu membantu nanti ke depannya, di mana hidup Cath tidak hanya harus selalu dengan Wren. Ada masa di mana Cath harus menjalaninya sendiri.

Karakter lain yang ditulis oleh Rainbow Rowell terasa alami dan tidak terlalu memaksa. Tidak ada yang benar-benar jahat dan mereka juga tidak sepenuhnya baik. Terasa realistis. Hanya memang untuk karakter yang saya sebal itu adalah Nick. Dan saya rasa untuk mengetahui sebesar apa rasa sebal saya, kamu harus membaca bukunya sendiri >.<

Alur bukunya memang terkesan lambat, dan karena bukunya yang lumayan tebal cukup membuat saya agak kewalahan dalam membacanya. Untuk sudut pandang sendiri saya sebetulnya agak bertanya-tanya, mengapa Rowell memakai sudut pandang orang ketiga padahal sepertinya jika ia memakai sudut pandang orang pertama itu sah-sah saja. Karena memang porsi Cath memenuhi buku ini dari awal sampai akhir.

Untuk terjemahannya, saya cukup menikmati dalam membacanya. Kadang saya merasakan sedikit kekakuan tapi itu tidak masalah. Hanya saja mungkin margin buku ini terlalu rapat. Sisanya oke-oke saja.

Lalu untuk fanfiksi sendiri, saya mulai mengerti seperti apa fanfiksi itu setelah membaca buku ini. Jarang memang saya membaca sebuah karya fanfiksi selain dari buku aslinya. Bagaimana fanfiksi bisa mengubah seseorang itu yang menjadi hal yang menarik, karena saat ini beberapa fanfiksi yang terkenal di kalangan pembacanya juga bisa mengantarkan penulisnya merilis fanfiksi itu sendiri dan mendapatkan hak terbit. Jadi, untuk anggapan fanfiksi Cath yang disebut plagiarisme, saya menentangnya. Sama seperti sebuah artikel, bukan sebuah plagiarisme jika mencantumkan sumber beritanya dari mana. Dan sama juga dengan cerita rakyat yang dimodifikasi berkali-kali oleh orang yang berbeda, tidak lantas semua orang menyebutnya sebagai plagiarisme. Sebuah fanfiksi pun, jika jelas berasal dari cerita mana diambil saya rasa itu bukanlah plagiarisme.

Kembali pada ceritanya, Rowell sepertinya suka sekali dengan open ending yang yang membuat pembacanya menerka-nerka arah kejadiannya ke mana. Setelah terjadi dengan Eleanor & Park, Fangirl juga memiliki ending yang kurang lebih mirip. Tapi itu gak masalah sih, saya cukup senang beberapa masalah berakhir sesuai jalannya. Hanya saja ada beberapa bagian yang belum selesai diceritakan dan menggantung.

Untuk keseluruhannya, saya suka dengan Fangirl. Hubungan antarkarakternya cukup kuat sehingga membuat saya merasakan juga emosi yang dikeluarkan oleh mereka. 4 bintang untuk Cath dan fanfiksinya :D

Review ini diikutsertakan dalam:
- Lucky No. 14 Reading Challenge (kategori Freebies Time)
- Young Adult Reading Challenge 2014
- Indiva Readers Challenge 2014

No comments:

Post a Comment