Sunday, August 31, 2014

[Book Review #110] Life on the Refrigerator Door

Penulis: Alice Kuipers
Penerjemah: Rosi L. Simamora
Desain cover: Ria Radja Haba 
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan ketiga, 2010
Tebal: 240 halaman
ISBN: 978-979-22-4173-0
Rating: 3 dari 5 bintang
Bisa didapatkan di: Grazera

Blurb:

KALAU HIDUPMU TAHU-TAHU BERANTAKAN, SANGGUPKAH KAU BERPEGANG PADA CINTA?

Kehidupan di Pintu Kulkas adalah tentang pesan-pesan di kulkas antara seorang ibu dan putri remajanya, Claire. Pesan yang dibuka dengan kehidupan yang serba bergegas, tak ada waktu untuk bicara dan bertemu, kemudian berkembang menjadi sesuatu yang sangat dalam: kesadaran bahwa cinta berarti menyediakan diri kita bagi orang yang kita cintai.

Review:

Claire dan ibunya tinggal berdua saja setelah ibunya bercerai dari ayahnya. Ibu Claire yang seorang dokter kandungan merupakan ibu yang super sibuk sehingga jarang menemukan waktu untuk bisa mengobrol bersama Claire. Dan begitu juga dengan Claire...

Ia adalah siswi sekolah menengah atas yang juga sibuk dengan kegatan sekolah, belajar, pekerjaan paruh waktu, dan juga naksir cowok. Sehingga untuk bisa tetap berkomunikasi, mereka menuliskan pesan-pesannya pada sebuah catatan yang ditempelkan pada kulkas setiap harinya.

Catatan itu berisi tentang daftar belanja, kesibukan ibu Claire setiap harinya saat membantu persalinan, jadwal pekerjaan paruh waktu Claire dan juga sekolahnya, curhatan, sampai beberapa berita penting yang tidak bisa mereka sampaikan saat bertatap muka.

Keseharian mereka tampak biasa saja, sampai pada suatu hari ibu Claire terdiagnosis penyakit kanker payudara. Isi pesan di pintu kulkas tersebut menjadi lebih sekedar pesan-pesan biasa saja karena kini berisi emosi di dalamnya. Justru pesan yang tadinya biasa saja, malahan jadi pembuka hati untuk Claire dan ibunya.

"Saat aku memandangmu
Aku tahu aku ingin jadi sepertimu
Kuat dan berani
Cantik dan bebas

Claire
P.S. I Love You." - hal. 162

Tertarik dengan buku ini awalnya karena judulnya yang bikin saya menebak-nebak. Karena saya memang biasanya malas baca blurb-nya, saya jadi membayangkan bahwa Life on the Refrigerator Door ini bercerita tentang kisah fantasi seperti Narnia dengan pintu kulkas sebagai portal ke dunia lain. Tapi ternyata saya salah, buku ini bercerita tentang ibu dan anak yang berkomunikasi melalui media catatan yang ditempelkan pada pintu kulkas.

Setelah saya membaca buku yang format penulisannya memakai e-mail dan tweet, kini saya menemukan lagi buku dengan format penulisan yang menarik hanya berupa catatan-catatan singkat saja. Format penulisan ini tergolong unik dan baru kali ini saya temui, dan tentunya dengan sisi positif dan negatifnya juga. Untuk positifnya karena keunikannya tersebut dan Alice Kuipers juga bisa membuat pembaca bukunya merasakan emosi di dalam catatan-catatan tersebut.

Nah, untuk negatifnya... bukunya yang memang sudah tipis, malahan menjadi cepat sekali habis hanya dalam beberapa puluh menit saja. Beberapa adegan menjadi terlalu singkat sehingga walau itu kejadian penting, ujung-ujungnya hanya berakhir seperti catatan biasa saja dan berlalu begitu saja. Ditambah lagi dengan ada isi catatannya yang hanya beberapa kalimat atau kata saja sehingga dengan banyaknya halaman pada buku ini justru boros kertas.

Dan yang terakhir soal interaksi antara Claire dan ibunya, sesibuk apa sh Claire sampai gak bisa ketemu sama ibunya. Dia memang sekolah, kerja paruh waktu, dan belajar. Tapi seharusnya bisa lah menyempatkan waktu ketemu ibunya dan gak usah pergi ke mana-mana. Di rumah aja gitu. Masa dari Januari sampai September quality time-nya hanya beberapa kali aja :(

Karena bentuknya dalam catatan pendek, sudut pandang yang dipakai dalam buku ini adalah sudut orang pertama jamak dengan POV bergantian antara Claire dan ibunya. Alur yang digunakan pun alur maju dengan setting waktu setiap hari mulai dari bulan Januari sampai September.

Untuk karakter sendiri, Claire memang tipikal anak remaja banget. Kadang egois, manja, dan labil. Tapi di samping itu, Claire juga penuh perhatian, baik, dan sayang dengan kedua orang tuanya walaupun mereka telah berpisah. Kalau untuk ibu Claire, saya agak merasa kasihan sebetulnya. Ia sayang sekali pada Claire tapi tidak bisa meluangkan waktu untuk Claire dan penyakitnya karena pekerjaannya yang sibuk. Seperti yang saya singgung di atas, interaksi antara Claire dan ibunya dalam buku ini memang kurang, tapi emosi yang dituangkan dalam catatan mereka bisa ditangkap oleh saya.

Untuk keseluruhan, saya suka bukunya dan saya menikmati waktu saat membacanya. Semoga lain kali pihak penerbitan saat menemukan buku lain dengan format penulisan sejenis bisa mempersingkat isi per halaman. Harus hemat kertas ya :p

3 bintang untuk Life on the Refrigerator Door. Makasih ya Cizu untuk pinjaman bukunya :D

Review ini diikutsertakan dalam:
- 2014 TBRR Pile
- New Author Reading Challenge 2014
- Young Adult Reading Challenge 2014
- Indiva Readers Challenge 2014

No comments:

Post a Comment