Thursday, June 26, 2014

Ask Proofreader Girls in the Dark: Dini Novita Sari

Sudah lama saya rencanakan bahwa suatu waktu saya ingin mewawancarai orang di balik layar dalam penerbitan buku. Entah itu penerjemah, penyunting, ataupun ilustratornya. Nah, dalam kesempatan kali ini saya berhasil mewawancarai seorang proofreader. Ia adalah seorang freelance proofreader dari Penerbit Haru, dan kebetulan kali ini juga saya berhasil mewawancarainya karena melalui perantara Haru, dan karena tidak jadi dimasukkan dalam Blog Tour Girls in the Dark, akhirnya saya mempostingnya terpisah :D

Ia adalah Dini Novita Sari. Dan jreng jreng jreng... ternyata anggota BBI juga loh XD *pura-pura gak kenal sebelum ini* Sebelumnya, kenalan dulu yuk...

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dini Novita Sari [Dini atau Dinoy, mana deh yang lebih enak panggilannya, hehe], lahir dengan zodiak Sagitarius, suka baca dari kecil dan genre favoritnya sekarang adalah fiksi, romance, traveling, drama, juga komedi. Mulai memeriksa naskah secara profesional sejak April 2013 sebagai proofreader dan editor naskah fiksi terjemahan dan lokal. Hobi baca sudah pasti, menulis kadang-kadang (merilis Get Lost, Antravelogi, dan jadi kontributor di buku Traveling Note Competition), ngetwit, denger musik, dan nonton film buat refreshing. Oh ya, suka jalan-jalan kalau ada duit, hoho. Bisa disapa di akun Twitter @dinoynovita. Selain itu, aku juga punya blog yang berbagi tentang kerjaanku di www.katalogdini.blogspot.com; juga blog yang berbagi tentang hobi bacaku di www.dinoybooksreview.wordpress.com :)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Oh iya, kalau belum tahu Girls in the Dark, intip review-nya di sini dan juga sneak peek-nya di sini yuk.


Nah, langsung aja kita ngobrol sama Dini... (huruf hijau adalah saya dan huruf cokelat adalah jawaban Dini)

Awalnya jadi proofreader itu gimana sih? Oh iya, sebetulnya proofreader itu apa dan bagaimana tugas-tugasnya?

Awalnya bisa jadi proofreader di penerbit ya ngelamar, hehe. Waktu itu tanya apakah Haru butuh tenaga proofreader, dan karena sebelumnya aku sudah banyak baca dan meresensi buku-buku dari Haru jadi lumayan ngerti penulisannya. Dan ternyata pas juga Haru butuh, jadi dicoba deh ngerjain novel pertama yaitu So, I Married the Antifan yang di-repackaged. Saat itu bulan April 2013 mulainya.

Proofreader biasa disebut juga pemeriksa aksara atau pemeriksa akhir naskah. Teknisnya, dia memeriksa naskah yang sudah diedit secara final. Jadi fokusnya adalah: mengecek apa penulisannya sudah benar, seperti apa masih ada typo, kesesuaian dengan KBBI dan EYD, penggunaan tanda baca, pemenggalan kata, juga lihat apakah lay out-nya sudah apik. Tapi sebenarnya proofreader nggak terpaku pada itu aja sih, yang pasti saat dia baca naskah itu apakah benar-benar sudah enak dibaca? Jadi misalnya ada kalimat yang kurang sreg dibaca—terutama Haru banyak nerbitin naskah terjemahan—ya proofreader boleh memberi komentar dan saran enaknya gimana. Nah nanti semua hasil pemeriksaan proofreader tersebut akan diperiksa lagi oleh redaksi dan editor, jadi nggak semua langsung diterapkan.

Bagaimana suka dukanya menjadi proofreader?

Suka, karena aku mengerjakan hal yang menjadi hobiku yaitu membaca buku. Jadi selama ngerjain naskah aku sering membaca cerita yang seru jadi nggak berasa kalau aku sebenarnya sedang kerja. Lalu, seperti yang kubilang di atas, dalam proses kerja proofreader tidak semua koreksi akan langsung diterapkan, maka ada diskusi tak langsung juga dengan editor, yaitu dia memberi alasan kalau koreksiku ditolak. Jadi ya bisa tukar pikiran dan nambah ilmu juga selama kerja. Terus bonusnya juga selain tentunya honor, hehe, biasa Haru memberiku jatah dua buku bukti terbit, biasanya bakalan kujadiin kuis buat ngeramein blog bukuku. Hihihi.

Duka, hmm, lebih ke harus supertelaten dan supersabar sih.... Dan biasanya kan nggak tentu kondisi kita lagi capek atau gimana tapi tetap harus fokus pas ngerjain. :D Antara satu naskah dan yang lain waktu yang diberikan untuk ngerjain nggak selalu sama. Juga, editor yang berbeda-beda beberapa kali bikin aku bingung ngeceknya. Untungnya sih kalau nemu naskah yang terlalu susah redaksi Haru mau kasih tambahan waktu buat ngerjain.

Buku-buka Haru apa saja sih yang kamu kerjakan proofreading-nya?

Sampai bulan Juni 2014 ini ada 16 novel yang udah diterbitin dari naskah Haru yang aku proofread. Beberapa di antaranya: Girls in the Dark, People Like Us, Wishing Her to Die, Always with Me, So I Married the Anti-fan (repackaged), Oppa & I-Love Signs, The After Dinner Mysteries, dan yang lainnya bisa dicek di blog portfolioku: katalogdini.blogspot.com ^^

Dari semua buku tersebut, ada gak yang jadi favorit kamu?

Yang kufavoritin karena paling suka banget sama ceritanya tuh Wishing Her to Die, So I Married the Anti-fan, After D-100, dan The After Dinner Mysteries.

Ada tempat atau waktu favorit untuk kamu mengerjakan naskah proofreading?

Kalau dulu, sebelum Januari 2014 aku masih di Jakarta, ya tempat ngerjain naskah paling sering di kamar kos aja sih, hehe dengan posisi cukup nyaman biar nggak terlalu capek ngecek naskah berjam-jam. Beberapa kali juga aku ngantor di Seven Eleven biar dapat wi-fi dan nggak ngantuk. Setelah tahun ini sih aku ngerjain di rumah aja di Gresik, biasanya ruang tamu yang jadi ruang kerjaku :D

Untuk waktu favorit, hmm, nggak terlalu ada yang spesial sih. Tapi yang jelas nggak bisa disamakan dengan jam-jam orang kantoran. Misalnya, menjelang jam-jam makan siang aku baru baca naskah, terus karena kalau sudah baca naskah suka keterusan dan nanggung kalau ditinggal kelamaan, biasanya sampai malam menjelang subuh juga ngerjain. Ya bukan nonstop juga sih, di sela-sela itu kalau mata capek aku istirahat dulu. Dan justru pas malam hari jelang subuh itu aku malah ngerasa seger ngerjainnya :D

(Wah... jangan sampai kebanyakan begadang ya. Nanti sakit XD)

Berapa lama kamu mengerjakan proofreading untuk Girls in the Dark ini?

Berapa lama ya, bentar cek E-mail udah lupa euy! :D Oh ya proofread pertama butuh waktu tiga hari sih, selanjutnya dicek sama redaksi dan editor, proofread kedua setelah di-lay out final juga sama jadi kurang lebih untuk proofread-nya butuh sekitar seminggu.

(Hmm... ternyata prosesnya lama juga ya...)

Menurut kamu bagaimana dengan gaya penulisan Akiyoshi Rikako yang terbilang unik?

Waktu pertama baca Girls in the Dark, ngerasa heran aja karena formatnya pembacaan naskah. Awalnya masih nunggu-nunggu mana nih adegan langsung atau interaksi langsungnya? Tapi ternyata memang formatnya seperti itu dari awal sampai akhir dan unik juga idenya. Akiyoshi Rikako mampu membuat masing-masing naskah yang dibaca orang berbeda memiliki unsur kepenasaranan sendiri, dan sebagai pembaca sampai dibuat terkecoh. Hampir setiap naskah bisa dipercayai sebagai kebenaran karena pemaparannya yang apa adanya, tapi ternyata ada satu kebenaran yang mencengangkan :D

Untuk karakter dalam buku Girls in the Dark ini, siapa sih yang kamu favoritkan?

Suka banget sama Sumikawa Sayuri. Kalau dipaparin alasannya bakal jadi spoiler sih, tapi yang jelas menurutku dia bisa jadi sutradara sekaligus pemeran utama yang ciamik! Hehe.

(Aku juga sama! Suka Sayuri. Hehe...)

Setelah Girls in the Dark ini, Dini sedang menggarap proyek novel Haru apa lagi nih? Bocorannya dong :D

Wah, bocoran yaa? Lirik redaksi dulu deh boleh nggak bocorin? Hehe. Yang jelas ada naskah terjemahan dari tiga negara Asia nih: Jepang, Taiwan, Korea :D

Minta tips dong kalau misalnya ada yang mau bekerja jadi proofreader itu harus gimana aja?

Harus banyak-banyak baca sih dan kudu selalu kepo. Kepo dalam artian, rajin-rajin ngecek apakah kata-kata itu ejaannya benar sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bicara tentang KBBI, tentu ini perangkat yang harus dipunyai seorang proofreader. Yang paling update adalah KBBI 4 dan hanya ada versi cetaknya, tapi untuk memudahkan setidaknya proofreader punya aplikasi KBBI 3. Ketelitian terlatih karena biasa, jadi mulai dengan saat baca novel, catat kesalahan-kesalahan yang muncul, misalnya typo atau nggak baku. Itu sih kayaknya, karena aku juga mulainya otodidak dan lama-lama jadi biasa :D

(Langsung nyatet)

Terima kasih untuk waktunya karena sudah mau menjawab pertanyaan saya :D

Sama-sama, makasih juga udah dikasih kesempatan cerita :D

Ternyata, jadi proofreader itu gak segampang yang dikira saya sebelumnya. Setelah ngecek naskah, ternyata harus ngecek ulang lagi :O

Lalu, setelah membaca wawancara ini adakah yang mau mencoba menjadi proofreader? Kalau saya sih sepertinya pengen kalau ada kesempatannnya XD

1 comment:

  1. Hee~
    Jadi lebih ngerti tentang proofreader..
    Aku kira dulu proofreader itu cm ngoreksi enak ato nggak dibaca,
    dan editor yang bagian EYD dan typo2.. :o

    Nice post!
    Jadi pengen nyoba juga klo diberi kesempatan.. :D

    ReplyDelete