Tuesday, February 11, 2014

[Book Review #75] Delirium #0.5: Annabel

Penulis: Lauren Oliver
Penerbit: Hodder & Stoughton
Format: e-book
Tahun rilis: 2012
Tebal: 84 halaman
ISBN: 978-1-444-76672-1
Rating: 3 dari 5 bintang


Blurb:

Lena's mother, Annabel, has always been a mystery—a ghost in Lena's past. Until now.

Discover her secrets in Lauren Oliver's brilliant original digital story set in the world of New York Times bestsellers Delirium and Pandemonium.

Lena Halloway's mother, Annabel, supposedly committed suicide when Lena was only six years old. That's the lie that Lena grew up believing, but the truth is very different. As a rebellious teenager, Annabel ran away from home and straight into the man she knew she was destined to marry. The world was different then—the regulations not as stringent, the cure only a decade old. Fast forward to the present, and Annabel is consigned to a dirty prison cell, where she nurtures her hope of escape and scratches one word over and over into the walls: Love.


But Annabel, like Lena, is a fighter. Through chapters that alternate between her past and present, Annabel reveals the story behind her failed cures, her marriage, the births of her children, her imprisonment, and, ultimately, her daring escape.

Review:

Annabel ini adalah ibu dari Rachel dan Lena yang di buku Delirium diceritakan telah terjangkit virus amor deliria nerfosa. Di dalam novella ini, cerita terbagi menjadi dua bagian yaitu masa kini (now) dan masa lalu (then).

Masa kini terdiri dari kisah Annabel saat berada di penjara, sisi cerita lain yang tidak diketahui oleh Lena pada awalnya. Yang Lena tahu ibunya bunuh diri saat ia berusia enam tahun. Sedangkan masa lalu terdiri dari kisah Annabel sebelum memiliki Rachel dan Lena, yaitu pada saat Annabel belum mendapat penyembuhan dan saat pertama kali bertemu dengan suaminya, Conrad Haloway.


"But that’s the problem with love—it acts on you, works through you, resists your attempts to control." - p. 22

Annabel melihat Conrad Haloway pertama kalinya di Boston dalam sebuah pelarian. Annabel tahu bahwa Conrad adalah seseorang yang ditakdirkan untuk bersamanya saat ia melihat jauh ke dalam mata Conrad. Takdir itu terwujud tak lama kemudian saat prosedur penyembuhan terjadi, saat Annabel akan dipasangkan dan menikah. Salah satu kandidat suaminya adalah Conrad. Tanpa pikir panjang ia langsung memilih Conrad menjadi suaminya. Tapi setelah itu terjadi, ia merasakan dalamnya perasaan pada Conrad. Ternyata prosedur penyembuhan itu gagal, ia telah jatuh cinta bahkan setelah ia disembuhkan.

"I repeated his name to myself like a private rhythm: Conrad, Conrad, Conrad. My secret music. My husband. I felt something loosen inside my chest. His name warmed me. It spread through my mind, through my whole body, until I could feel the syllables in my fingertips, and all the way down to my toes. Conrad. That’s when I knew, without a doubt, that the cure hadn’t worked at all." - p. 44

Saya kebetulan membaca buku ini dalam format e-book berbahasa Inggris. Selama saya membaca, saya dibuat terlena oleh jalinan kata yang dirangkai oleh Lauren Oliver. Ciri khasnya terletak pada gaya menulisnya. Alur novella ini juga tidak terburu-buru dan tidak terlalu cepat. Saya menyebutnya pas :D

Melalui Annabel saya jadi tahu bagaimana perasaannya pada Conrad dan kedua putrinya, Rachel dan Lena. Jika diperhatikan, Rachel sama sekali tidak mirip dengan Annabel. Ia kaku, keras kepala, dingin, dan lebih terkontrol. Sedangkan Lena memiliki sifat yang mirip dengan Annabel dan bertolak belakang dengan Rachel.

Peran Thomas sebagai mantan pacar Rachel yang membantu Annabel menarik perhatian saya. Saya justru jadi penasaran bagaimana kisah dia dan Rachel sebelum Rachel disembuhkan.

Ending-nya nanggung. Mungkin karena berbentuk novella jadi Lauren Oliver gak repot-repot menambah lagi halamannya untuk memuaskan pembacanya. Selain itu, mungkin karena ini adalah cerita spin off, Lauren Oliver lebih fokus pada serialnya. 3 bintang untuk kisah Annabel, lumayan juga jadi tahu bagaimana ceritanya.

"But from the beginning, I knew that in a world where destiny was dead, I was destined, forever, to love him. Even though he didn’t—though he couldn’t—ever love me back.
That’s the easy thing about falling: There is only one choice after that." - p. 52


Seri Delirium:
#0.5 - Annabel
#1 - Delirium
#1.5 - Hana
#2 - Pandemonium
#2.5 - Raven
#3 Requiem

No comments:

Post a Comment