Thursday, August 22, 2013

[Book Review #13] When Patty Went to College

Penulis : Jean Webster
Penerjemah : Rien Chaerani
Editor : Azzura Dayana
Cetakan Pertama, Agustus 2010
Penerbit : Orange Book
Tebal : 226 halaman
ISBN : 978602843684-7
Rating:  2,5 bintang dari 5

Blurb:

Pura-pura sakit supaya masuk rumah sakit dan dijadwalkan ujian susulan... 

Menciptakan tokoh siswi fiktif yang membuat heboh satu asrama... 

Taktik unik dan lucu saat belajar di kelas agar tetap terlihat pintar.... 

Itu cuma sedikit dari segudang keisengan Patty. Ya, gadis cerdas dari sekolah asrama St. Ursula itu, kini melanjutkan studinya. Dunia kampus tak membuat keisengan Patty Wyatt berkurang. Bersama sahabatnya, Priscilla dan Georgie, mereka belajar, dan tentu saja, melakukan banyak keisengan. Ehm... mungkin lebih banyak melakukan keisengan dibanding belajar. 


Patty memanfaatkan kecerdasannya untuk berkelakar dan melakukan hal-hal jail demi kesenangan dirinya dan teman-temannya. 

Namun, hidup tentu tak selalu dapat diisi dengan kelakar. Bagaimanapun Patty harus menyiapkan dirinya untuk kehidupan yang lebih luas selepas kuliah. Akankah Patty memahami hal tersebut, ataukah ia harus disadarkan dengan cara tertentu? 


Novel ini merupakan kelanjutan dari Just Patty. Kisah klasik yang penuh liku tentang gadis-gadis muda di kampus Amerika pada awal abad 20. Tak kalah seru dan kocak dibanding kisah Patty Wyatt sebelumnya.


Review:
Nemu buku ini di tumpukan buku diskonan, tertarik karena cerita klasih yang jarang saya baca. Lalu karena bukunya yang gak terlalu tebal juga. Buku ini menceritakan tentang kehidupan Patty Wyatt saat kuliah. Awalnya tidak tahu kalau buku ini ternyata buku lanjutan dari buku sebelumnya. Asal baca blurb di belakangnya sekilas, penampakan sampul lumayan, langsung aja disikat.

Patty Wyatt, seorang perempuan cerdas yang juga bandel melanjutkan ke sekolah asrama bersama. Ia supel, pandai bergaul, banyak akal, pintar, blak-blakan, jujur, setia kawan, tapi jailnya minta ampun. Bersama kedua sahabatnya, Priscilla dan Georgie mereka belajar dan melakukan keisengan. Tapi untuk porsi iseng di sini, tujuh puluh persen lebih condong ke Patty yang melakukannya. Priscilla lebih bijaksana dan dewasa, sedangkan Georgie walaupun sifatnya mirip Patty ia lebih menahan diri dalam bertindak.

Daftar keisengan Patty yang lumayan membuat kening saya berkerut: 
1. Mencopot karpet dan memasangnya di dinding, lalu mencat lantai dengan warna hitam,
2. Memainkan peranan tokoh khayalan sampai membuat Priscilla kesal *geleng-geleng baca yang ini*,
3. Bolos kuliah dengan alasan sakit demi menghindari tes dadakan Sastra Inggris Kuno,
4. Mengerjai temannya dengan memakai "budaya setempat", dan lainnya, dan lainnya...

Salahkan referensi bacaan cerita klasik saya yang bisa dihitung dengan jari. Tapi setelah membaca buku ini sampai habis, agak merasa terganggu dengan sikap Patty. Biasanya di buku-buku historical begitu, sikap dan pembawaan perempuan-perempuannya itu santun, sopan, kalau bicara dan bersikap juga dikontrol. Apa mungkin karena Patty tinggal di Amerika yang lebih bebas daripada di Inggris seperti kebanyakan latar buku historical berada? Entahlah... salahkan wawasan saya yang masih kurang mengenai hal ini.

Tapi dibalik semua nilai minus di atas, saya menemukan Patty ini adalah orang yang setia kawan. Suka dengan sikapnya yang membela temannya yang tidak lulus 3 mata kuliah dan sebetulnya akan dipulangkan jika saja Patty tidak membantunya berbicara pada dosen mata kuliah tersebut.

Agak penasaran dengan buku sebelumnya yaitu Just Patty yang dirating bagus di Goodreads. Untuk buku yang ini cukup saja baca sekali. Tapi untuk buku Just Patty itu saya agak tertarik untuk mencari dan membacanya. Dua setengah bintang saja deh.

No comments:

Post a Comment