Friday, July 11, 2014

[Book Review #106] Tiga Burung Kecil

Penulis: Mikha Ramadewi, Tjatursari Setyorini, Josefine Yaputri
Penyunting: Clara Ng
Perancang Sampul: Lidia Puspita
Penerbit: Plotpoint
Cetakan pertama, April 2013
Tebal: 224 halaman
ISBN: 978-602-948-131-0
Rating: 2 dari 5 bintang
Bisa didapatkan di: Bukukita

Blurb:

Odette, Jess dan Sam tak hanya dipertemukan oleh nasib. Mereka bertemu karena lari dari masalah. Lebih tepatnya, BlueGreen Project yang mempertemukan mereka, yaitu program pencarian awak kabin armada penerbangan internasional. 

Tiga orang ini bukan kawan walau berada dalam satu grup. Mereka harus belajar bekerja sama agar menjadi pemenang. Ini tak akan mudah. Menjadi pemenang memang tak pernah mudah. Hanya kekerasan hati yang mengantar mereka menemukan jawaban di antara awan (Goodreads).


Review:

Odette, Jess, dan Sam masing-masing lolos ke babak selanjutnya untuk audisi menjadi pramugari BlueGreen Airlines. Dan untuk mengikuti audisi tersebut bukan hal yang mudah bagi ketiganya. Odette harus kabur dari rumah untuk mengejar mimpinya jadi pramugari karena kedua orang tuanya tidak memperbolehkannya memutuskan nasibnya sendiri malahan mereka akan menjodohkannya dengan Nicho. Jess harus meninggalkan keluarga yang sangat ia sayangi. Lalu yang terakhir Sam, ia harus meninggalkan putri semata wayangnya untuk bisa ikut dalam audisi ini.

Akhirnya mereka berangkat ke Tomohon, Sulawesi Utara. Di sana tim Odette, Jess, dan Sam akan diadukan dengan tim lain dalam audisi selanjutnya. Audisinya bukan hal mudah, mereka harus berjalan jauh ke pasar tradisional setempat dan menjual rangkaian bunga dan lauk pauk. Tim lawan melakukan kecurangan. Tapi tim Odette, Jess, dan Sam berpegang teguh pada peraturan. Mereka berjuang sekuat tenaga agar bisa lolos ke babak selanjutnya yang akan membawa mereka ke Kyoto dan Marakesh.
***

Tergoda dengan tulisan "Clara Ng Book Project" pada sampul bukunya. Dan setelah saya membaca blurb-nya (dengan tambahan gambar pesawat yang kece pada sampulnya) saya memutuskan bahwa saya tertarik dengan cerita audisi pramugarinya.

Awalnya saya membayangkan proses ujian, wawancara, dan OJT seperti pada dorama Attention Please. Di dalam dorama tersebut diceritakan dengan detil bagaimana proses menjadi seorang pramugari mulai dari awal sampai ia lolos. Tapi... buku ini mematahkan imajinasi saya... audisinya sama sekali gak ada sangkut pautnya dengan tugas pramugari :v

Audisi pertama kok malah jualan di pasar, audisi kedua kok malah masak (emang pramugari masak sendiri ya? Bukannya udah diatur sama katering perusahaan?), dan audisi ketiga kok malah kaya reality show Survivor yang memperlihatkan ketahanan fisik bertahan di alam gurun dengan mengunjungi Perkampungan satu ke Perkampungan lainnya. Kapan masuk pesawatnya? Kapan belajar prosedur standar jadi pramugarinya? Setidaknya disisipi beberapa prosedur dasar menjadi pramugari atau bahkan prosedur keselamatan kayanya lebih baik.

Kalau kata saya sih, lebih baik ketiga penulisnya membuat cerita tentang audisi awal yang dilakukan oleh ketiganya sampai mereka terpilih menjadi perwakilan tim dari Indonesia. Saya pikir, pada saat awal-awal audisi itu justru lebih banyak kerja keras dan emosi yang tercurahkan. Apalagi katanya untuk menjadi salah satu pramugari di maskapai favorit di Indonesia, audisinya super ketat. Badan bungkuk atau jalan miring aja bisa jadi tidak lolos padahal proporsi tubuh sudah ideal dan memiliki wajah yang cantik >.<

Untuk genre, awalnya hmm... mungkin bisa dikategorikan jadi metropop. Eh, membayangkan sikap Odette yang kekanak-kanakkan, egois, manja, seenaknya sendiri, dan sok tahu justru malah ngerasa buku ini kaya teenlit. Sam juga gak cocok sebetulnya punya anak, ga ada aura kebapakannya. Dan yang parah, interaksi antarkarakternya kurang banget. Paragrafnya juga terkesan kaku dan kurang mengalir. Terus ini ada salah satu adegan yang bikin saya ngakak (gak tau kalo orang lain baca juga ikutan ketawa apa engga):

"Oh my God, it's you," kata Ulrika setengah berteriak.
"Yes, it's me," jawab Sam, masih dengan senyum manisnya. Ulrika tertawa aneh, diusapnya mukanya untuk mengurangi basah, kemudian diulurkan tangannya.
"My name is Ulrika," katanya memperkenalkan diri. Sam membalas uluran tangan Ulrika, lalu menyebut namanya.
"Kamu dari tim mana?" tanya Sam dalam bahasa Inggris.
"Europe, saya dari Swedia."
"Ayo, kita berenang lagi," ajak Sam.
Ulrika mengangguk.
Keduanya berenang beberapa lap dan kemudian menyudahi olahraga paginya.

Krik... krik... kasian bener ini si Ulrika pengen ngobrol sama Sam malah diajak berenang lagi terus udahan aja. Wkwkwk...

Oke... cukup dialognya. Saya menemukan satu inkonsistensi kalimat di halaman 168. Di sana dikatakan bahwa Pak Bambang mengetahui Sam melerai Jess dan Odette waktu berantem di malam sebelumnya, padahal dalam adegan di malam sebelumnya tersebut, Pak Bambang sama sekali gak ada di sana. Mungkin Pak Bambang ini lagi stalking timnya lagi ngapain aja :v *ngasal*

Satu-satunya poin plus yang didapatkan dari buku ini adalah deskripsi lokasi tempatnya yang mendetil. Ketiga penulisnya berusaha keras agar buku ini tidak seperti Travel Guide dan lumayan cukup berhasil juga sih. Suasana Tomohon, Kyoto, dan Marakesh digambarkan dengan cukup baik.

Terakhir, saya menghargai semua penulis yang menulis buku ini. Membuat novel bukanlah perkara gampang. Saya menghadiahi 2 bintang ini: 1 untuk sampul bukunya yang kece dan 1 lagi untuk ceritanya yang sebetulnya bisa dipoles lagi menjadi lebih baik. Semoga ke depannya ketiga penulisnya bisa membuat buku yang lebih bagus dari ini :D

PS: makasih Tantri karena ngasih buku ini buat saya~ :D

Review ini diikutsertakan juga dalam:
- Indonesian Romance Reading Challenge 2014
- Lucky No. 14 Reading Challenge (kategori Freebies Time)
- 2014 TBRR Pile
- New Author Reading Challenge 2014
- Indiva Readers Challenge 2014

3 comments:

  1. Pas baca paragraf awal-awal review ini akupun mikir 'Lah mau jadi pramugari ngapain jualan di pasar?' Ternyata emang keseluruhan rada 'melenceng' gitu yah =))
    Malah jadi pengen nonton Attention Please-nya daripada baca bukunya X)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Tirta. Coba deh nonton Attention Please. Bagus dan lucu :D

      Delete
  2. 2 stars? Wah... padahal awalnya penasarn banget sama novel ini xixi visit back ya, kak, salam kenal ^^

    ReplyDelete