Saturday, September 14, 2013

[Book Review #20] Seoul Cinderella

Penulis: Lia Indra Andriana
Penyunting: Nyi Blo
Penerbit: Haru
Cetakan Kedua, Februari 2013
Tebal: 221 halaman
ISBN: 978-602-98325-8-7
Rating: 3 dari 5 bintang

Blurb:

Aku memandangi wajah di depanku dan menyadari bahwa ia seorang Cinderella. 

Seorang Cinderella pasti pandai memasak, kan?

Ia menyajikan sebuah masakan, tapi aku tahu ia menghidangkan makanan siap saji yang entah ia beli di mana.

Lalu, apa yang ia lakukan berpura-pura menjadi seorang Cinderella?

Ah, manusia jadi menarik jika punya rahasia, kan?

Review:

Nia mengadu nasib di Korea. Ia mendaftarkan diri menjadi TKW tanpa pekerjaan yang jelas. Setibanya di Korea, ia ternyata malah terlunta-lunta akibat penyalurnya terkena musibah. Akhirnya ia mencari kerja sendiri sebagai pembantu rumah tangga di sana. Awal perkenalan Nia dengan Hyun Jun adalah di sebuah kedai soju saat Nia tengah mabuk setelah menerima sebuah SMS yang didapatkannya dari sahabatnya di Indonesia.


Hyun Jun berbaik hati mengantarkan Nia untuk pulang. Tapi ternyata, fakta yang diketahuinya kemudian, Nia adalah pembantu di rumah kakak perempuannya, Yu Hwa. Yu Hwa yang tidak berhasil untuk membujuk Hyun Jun untuk tinggal bersamanya, menyerahkan Nia untuk mengurus dan ikut tinggal di apartemen Hyun Jun. Satu hal lagi, Yu Hwa sengaja menyerahkan Nia agar ia bisa memasakkan makanan untuk Hyun Jun. Tapi masalahnya, Nia sama sekali tidak bisa memasak.

Kejadian tak terduga dialami oleh nia saat mengantarkan memory disc milik Hyun Jun ke kantornya. Hyun Jun berbohong pada rekan kerjanya bahwa memory disc beserta dompetnya hilang diambil oleh pencopet saat berangkat ke kantor pagi ini. Lalu dengan tidak sengaja ia mendeskripsikan Nia sebagai pencopet itu pada Amy, model yang dikontrak oleh perusahaannya. Jadilah kesialan Nia dimulai, ia dituduh sebagai pencopet oleh Amy saat Nia berusaha menghubungi Hyun Jun melalui petugas front office.

Tanpa diduga oleh Nia, Hyun Jun mengabulkan permintaannya meminjam sejumlah uang untuk ongkos tiket pesawat ke Indonesia. Dan kebetulannya lagi, Hyun Jun ikut berangkat untuk menghadiri pembukaan cabang terbaru kantornya. Di Indonesia Nia mengetahui kenyataan pahit dibalik pengirimannya sebagai TKW ke Korea. Ia mendapati keluarganya tak seperti dulu lagi. Di sini mulai terbentuk cerita Cinderella yang diusung penulis dalam judulnya. Dan sang pangeran (tanpa kuda putih) pun kini menemukan sosok Cinderella (yang galak) dalam diri Nia.


"Bukan. Aku bukan pangeran berkuda yang berlimpahan takhta. Aku cuma pangeran kodok. Aku butuh kau untuk menjadikanku sebagai pangeran yang sesungguhnya. Tanpamu aku cuma kodok yang bergelar pangeran." - hal. 219

Buku ini saya tahu dari salah satu teman saya beberapa bulan lalu. Ia begitu penasaran ingin membelinya namun belum terlaksana. Lalu suatu saat kemudian penerbit buku ini, Penerbit Haru menggelar diskon yang cukup lumayan. Dengan impulsif dan berbekal rekomendasi teman, saya membelinya. Dari Goodreads saya tahu bahwa ternyata buku ini adalah edisi revisi yang telah diganti sampul depannya. Jika dibandingkan, saya lebih memilih sampul buku yang ini daripada yang sebelumnya.

Banyak adegan konyol dalam buku ini. Tapi anehnya tidak membuat saya tertawa dan malah membuat kening saya berkerut. Dengan jujur saya katakan, saya tidak suka dengan Nia. Dia terkesan tidak sopan, sering berteriak, marah-marah tidak jelas, dan agak barbar. Sebaliknya dengan Hyun Jun, walaupun kadang suka berbohong jika terpaksa ia adalah seseorang yang baik hati. Tokoh yang lumayan saya suka selain Yu Hwa, kakaknya.

Dari segi cerita, menurut saya sudah oke. Adaptasi dongeng Cinderella pastinya membuat calon pembaca menjadi tertarik, ditambah lagi dengan tema Korea yang saat ini sedang banyak dicari-cari. Tapi, beberapa bagian kosong dalam buku ini yang jika lebih dikembangkan akan membuat bukunya semakin bagus. Misal, lebih fokus pada kisah cinta Nia dan Hyun Jun. Karena sampai akhir buku, saya sama sekali tidak merasakan chemistry dari keduanya dengan ending terkesan datar.

Sayang sekali, deskripsi Korea dalam buku ini tidak ditonjolkan lebih luas. Penulis hanya menjabarkannya pada awal-awal buku saja, selebihnya hanya tempelan. Padahal katanya penulisnya pernah berkunjung dan tinggal di Korea. 

Di dalam bukunya, ada beberapa kalimat dialog yang menggunakan caps lock. Maaf, tapi bagi saya caps lock dalam buku itu mengganggu. Jika memang dialognya menekankan emosi atau kemarahan, saya lebih suka dengan penambahan tanda seru atau deskripsi emosi tanpa perlu ada caps lock.

Penulis dalam buku ini sempat menjelaskan beberapa kebiasaan orang Korea dan penggunaan bahasa Korea yang diselipkan dalam dialog. Itu adalah salah satu kelebihan yang ditonjolkan dalam buku ini selain kalimat-kalimatnya yang mengalir dan membuat saya tidak memerlukan waktu lama dalam membacanya.

Secara keseluruhan, saya memberikan 3 bintang untuk buku ini. Saya menantikan buku lainnya dari Lia yang lebih baik dari ini.

2 comments:

  1. Hai Tammy, aku udah baca buku ini dan aku setuju sama kalimatmu yang: "Dengan jujur saya katakan, saya tidak suka dengan Nia. Dia terkesan tidak sopan, sering berteriak, marah-marah tidak jelas, dan agak barbar."

    Aku juga bingung sama sikap Nia yang nggak jelas itu. Ceritanya juga kurang digali. Makanya aku cuman kasih 2 bintang. -,-

    Untuk komentar mengenai reviewmu, err.. aku nggak bisa ya komentarin review seseorang berdasarkan teknik ini teknik itu blablabla. Biasanya kalau aku suka sama cara penyampaiannya, ya nyaman aja baca review seseorang. Sejauh ini aku lumayan nyaman baca reviewmu. :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahaha... makasih untuk komennya, Lin. Ternyata ada yang sependapat juga sama review ini. Tadinya bingung postingnya karena agak negatif, mudah2an penulisnya nerima kalo ini kritik membangun XD

      Delete