Tuesday, September 24, 2013

[Book Review #23] London: Angel

Penulis: Windry Ramadhina
Editor: Ayuning & Gita Romadhona
Proofreader: Jia Effendie
Penerbit: GagasMedia
Cetakan pertama, 2013
Tebal: 330 halaman
ISBN: (13) 978-979-780-653-8, (10) 979-780-653-7
Rating: 4 dari 5 bintang

Blurb:

Pembaca Tersayang,

Mari berjalan di sepanjang bantaran Sungai Thames, dalam rintik gerimis dan gemilang cahaya dari London Eye.

Windry Ramadhina, penulis novel Orange, Memori, dan Montase mengajak kita menemani seorang penulis bernama Gilang mengejar cinta Ning hingga ke Fitzrovia. Namun, ternyata tidak semudah itu menyatakan cinta. Kota London malah mengarahkannya kepada seorang gadis misterius berambut ikal. Dia selalu muncul ketika hujan turun dan menghilang begitu hujan reda. Sementara itu, cinta yang dikejarnya belum juga ditemukannya. Apakah perjalanannya ini sia-sia belaka?

Setiap tempat punya cerita.
Dalam dingin kabut Kota London, ada hangat cinta menyelusup.

Enjoy the journey,
EDITOR


Review:
"Hujan turun membawa serta malaikat surga." - hal 126

Gilang dan Ning bersahabat sejak kecil. Gilang memerlukan waktu puluhan tahun untuk tahu bahwa ia mencintai Ning. Tapi saat ia sadar mengenai cintanya, Ning sudah akan pergi meninggalkan kotanya dan pergi menuju kota di mana semua mimpinya berkumpul, London. 

"Maka, atas nama cinta yang membebaskan, aku membiarkan gadisku terbang mengejar mimpinya." - hal. 87

Awalnya gara-gara sebuah celetukan iseng teman-temannya di Bureau agar Gilang mengejar Ning ke London, Gilang yang setengah mabuk mengamini saran teman-temannya. Lalu akhirnya ia pergi juga untuk menemui Ning. Ternyata di London Gilang menemukan petualangan serunya sendiri. Mulai dari bertemu seorang gadis yang selalu datang saat hujan datang dan pergi saat hujan berhenti, Goldilocks; seorang suami yang mengejar istrinya, V; seorang pemilik hostel yang judes, Madam Ellis; teman mengobrol, Ed dan Mr. Lowesley; seorang penggila buku, Ayu; dan terakhir adalah wujud cintanya, Ning. 

"Jangan menunda. Jangan habiskan separuh hidupmu untuk menunggu waktu yang tepat. Seringnya, saat kau sadar, waktu yang tepat itu sudah lewat. Kalau sudah begitu, kau cuma bisa menyesal." - hal 166

Saya mendapati bahwa sampul buku ini cocok dengan temanya, London. Dan bisa juga mewakili Inggris-nya sendiri. Warna sampulnya merah, dan saya langsung terbayang bus dua tingkat yang terkenal di Inggris, double-dekker, juga warna seragam pengawal istana Kerajaan Inggris :D

Waktu saya akan menulis review ini, saya mengintip beberapa nama yang terlibat dalam pembuatan buku ini. Lalu saya mendapati editor buku ini bernama Ayuning. Sebuah kebetulan (atau bukan) mengingat kedua tokoh di dalam buku ini sama dengan editornya, Ayu dan Ning.

Untuk mengingat karakter dalam buku ini cukup mudah. Saya tinggal mengingat suatu tokoh dalam sebuah buku sambil membayangkan sosoknya membentuk karakter dalam buku ini. Tapi, entahlah... saya kurang suka dengan ide ini. Terlalu banyak julukan yang dibuat Gilang, sehingga saya berpikir Gilang ini kurang menghargai orang lain. Saat saya membaca buku ini, saya juga membaca wawancara Windry dengan Mbak Yuska [Lust and Coffee], dan dari sana saya tahu ternyata judul Angel ini merupakan rangkaian dari nama Ayu, Ning, Gilang, Ellis, dan Lowesley.

Buku ini beralur maju-mundur dengan sudut pandang orang pertama jatuh pada Gilang. Jarang sekali tokoh utama dalam cerita roman adalah seorang laki-laki. Tapi justru di sini sisi baiknya muncul. Saya bisa menyelami perasaan seorang laki-laki dalam menghadapi cinta dan hal ini justru membuat isi bukunya tidak menye-menye.

Cerita sampingan yang saya suka adalah kisah cinta sang pemilik hostel. Lelaki (yang sengaja saya tidak sebutkan namanya) yang mencintai Madam Ellis adalah perwujudan lain Gilang dalam buku ini. Latar belakang cinta yang hampir mirip, hanya berbeda cerita dan tentu saja berbeda akhirnya.

Ending buku ini memang sudah tertebak, mulai dari petunjuk-petunjuk yang bertebaran di dalam bukunya. Walaupun beberapa orang yang telah saya baca review-nya tidak menyukai ending buku ini, tapi saya justru sebaliknya. Saya suka dengan cara Windry menyampaikan pesannya. 

"Tidak ada yang terenggut. Setiap orang punya keajaiban cintanya sendiri. Kau hanya belum menemukannya." - hal. 320

Secara keseluruhan, saya menyukai buku ini. Sebuah cerita yang apik dengan diksi yang kaya. Sebelumnya saya belum pernah membaca buku-buku Windry. Tapi setelah ini, saya semakin tertarik untuk membaca bukunya yang lain :D

6 comments:

  1. Sudah baca novel ini dan merasaaa totally awesome. Aku pencinta hujan, dan mataku rasanya dimanjakan akan keajaiban hujan di London. xixixixi ^.^

    Tapi, ada bagian novel ini yang bikin aku sedikit kecewa. Bagian apa itu? Apa? Apa? Katakan sekali lagi! *Dora ; mode on*

    Bagian endingnya, membuat aku mengerutkan kening, karena tidak sesuai harapanku. Aku kira Gilang bakalan sama si Angel, tapi bukan. Uh, kesel banget. Tapi, aku tahu, ending bahagia itu tergantung dilihat dari sudut mana. Jadi, sedihku rasanya terobati.

    Oh, ya boleh kita sharing mengenai ketidaksukaan kamu sama nama yang dibuat Mbak Windry sebagai teman-temannya Gilang? Oke... mari kita mulai.

    Sebenarnya, untuk kali pertama, aku merasa nggak wah juga sama julukannya. Tapi, semakin lema, aku rasa nama itu semakin asyik. Aku liat, kamu juga nongkrong di blognya Mbak Yuska, jadi pasti kamu udah baca juga mengenai review dan segala pandangan tentang novel London. Asyiknya, waktu liat pandangan orang lain, kita bakalan bilang, "Oh iyaya, itu juga bagus." Rasanya, dapat pencerahan. Hahaha :D

    Jadi... 4 bintang cukup mewakili untuk magisnya novel ini. Hehehe :D

    Salam hangat,

    Nanda Febri
    @milo389
    febrifebruary03@gmail.com

    ReplyDelete
  2. halo kak tammy, salam kenal :D

    sebenernya ada beberapa novel yang sudah aku baca yang ada di book review blog ini
    tapi aku memilih novel ini
    aku sudah membaca novel ini, tapi aku penasaran dengan review kak tammy mengenai novel ini
    dan ternyata pendapat-pendapat kak tammy mengenai novel ini sama dengan pendapatku
    i love London so much, and i hope i can go to London and stay there someday...aamiin.
    aku jatuh hati dengan novel ini sejak awal aku lihat sampul dan judulnya.
    novel ini adalah novel seri #STPC pertamaku dan aku ga menyesal membelinya
    aku bisa merasakan bagaimana perasaan Gilang kepada Ning, bagaimana Mr.Lowesley mencintai Madam Ellis, dan juga bagaimana indahnya kota London dilihat dari kincir yang dinaiki Gilang dan Goldilock.
    aaaaah aku benar-benar jatuh hati dibuatnya....
    i give 4.5 stars to this book, karena kesempurnaan hanya milik Allah :)

    btw, thanks for the giveaway

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga. Semoga kita bisa pergi ke sana ya XD

      Delete
  3. Bukan genre bacaanku si ^^
    Tapi ide ceritanya yang mengambil sudut pandang seorang lelaki sepertinya menarik ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Genre bacaannya apa emang? :)

      Makasih ya sudah mampir...

      Delete