Thursday, October 10, 2013

[Book Review #29] Stardust: Serbuk Bintang

Penulis: Neil Gaiman
Penerjemah: Femmy Syahrani Ardiyanto dan Herman Ardiyanto
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan keempat, April 2008
Tebal: 256 halaman
ISBN: 978-979-22-2688-1
Rating: 3,5 dari 5 bintang
Status buku: pinjam dari Lulu

Blurb:

Ini dongeng untuk orang dewasa.

Alkisah, di padang-padang rumput Inggris yang tenang, lama berselang, ada sebuah desa kecil yang selama 600 tahun berdiri di atas tonjolan batu granit. Di sebelah timur desa itu ada tembok batu yang tinggi. Itu sebabnya desa itu dinamai desa Tembok. Di desa itu, pemuda Tristran Thorn jatuh cinta pada si cantik Victoria Forester. Dan di sini pula, pada suatu senja bulan Oktober yang dingin, Tristran membuat janji pada si gadis. Janji gegabah yang membawanya berkelana ke negeri di balik tembok, menyeberang padang rumput, masuk ke Negeri Peri. Dan di sana dimulailah petualangan paling mendebarkan dalam hidupnya.

Review: 

Akhirnya buku ini jadi pembuka perkenalan saya dengan Neil Gaiman karena sebelumnya saya belum pernah baca bukunya. Dan berhubung agak susah cari gambar sampul bukunya (ada pun gambarnya kecil), jadi iseng aja saya foto bukunya :D

Dongeng dimulai saat Dunstan Thorn berjalan-jalan di pekan raya saat mencari hadiah untuk Daisy Hempstock. Ia akhirnya tiba di satu kios yang menjual bunga kristal dan pilihannya tertuju pada bunga tetes salju. Si penjaga toko yang adalah seorang peri yang tengah dirantai memberikan bunga tersebut dengan imbalan sebuah kecupan. Dunstan yang memang terpesona dengan peri tersebut tidak sadar telah ditenung. Selang waktu beberapa bulan setelah Dunstan berhubungan dengan peri tersebut, Tristran Thorn lahir.

Tristran akhirnya beranjak dewasa. Ia saat itu terpesona oleh kecantikan Victoria Forester yang tidak ada bandingannya di Desa Tembok. Pada suatu ketika, Tristran yang pemalu memberanikan diri untuk meminta sebuah ciuman dan sekaligus meminang Victoria. Victoria yang memang mencari alasan agar Tristran gagal mencium dan meminangnya meminta sebuah syarat. Ia meminta Tristran untuk membawakan bintang jatuh yang baru saja dilihatnya. Tristran menyanggupi permintaan Victoria. Demi gadis pujaannya itu ia rela keluar dari Desa Tembok menuju Negeri Peri dan mencari bintang.


"Setidaknya, aku masih hidup. Aku beruntung, terjatuh ke wilayah Negeri Peri. Dan kurasa, mungkin aku beruntung, bertemu denganmu." - hal. 190

Awalnya saya kira buku ini adalah buku dongeng anak-anak jika saja tidak melihat logo batasan usia di belakang bukunya. Sampul bukunya bagus dan terkesan seperti buku dongeng tua yang diturunkan dari generasi ke generasi. Terjemahan buku ini terus terang agak berat untuk titel sebuah buku dongeng. Tapi, kembali lagi pada sasaran usia. Kata-kata yang agak berat itu sepertinya memang disesuaikan dengan batasan usia pembaca. Dan menurut saya sendiri, buku ini sepertinya cukup dikategorikan sebagai dewasa muda. Karena beberapa adegan yang ada dalam buku ini tidak terlalu sadis atau vulgar.

Dunia di dalam Stardust terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah dunia nyata (Desa Tembok) dan dunia tidak nyata (Negeri Peri). Beberapa elemen dunia nyata yang saat ini kita diami, dibawa oleh Neil Gaiman ke dalam buku dongengnya. Seperti nama-nama kota yang beberapa kali disebutkan, penulis legendaris Charles Dickens, dan lainnya.

Stardust mengambil sudut pandang orang ketiga dengan alur maju. Ibaratnya pada sepertiga halaman saya dibuat tersesat dalam kebosanan sampai akhirnya lambat laun cerita mulai terbentuk. Buku ini ditulis dengan apik oleh Neil Gaiman. Asal usul Tristran dan para tokoh yang terlibat pun diceritakan dengan jelas, seolah-olah penulisnya tidak mau pembacanya melewatkan detail pada bukunya. Tapi sayangnya saya agak dibingungkan dengan dialog beberapa tokoh dalam dongeng ini, terutama Madame Semele dan Morwanneg. Karena mereka berdua sama-sama seorang penyihir sehingga kadang beberapa adegan saat mereka tidak bersama sulit untuk dibedakan.

Seperti kebanyakan dongeng, Stardust ini juga untungnya berakhir dengan bahagia. Tristran akhirnya mendapatkan cinta sejatinya dan tokoh-tokoh lainnya mendapatkan takdirnya masing-masing. Saya masih kurang greget membaca buku Neil Gaiman ini, semoga buku beliau selanjutnya yang saya baca akan membuat saya berdecak kagum. 3,5 bintang untuk petualangan Tristran di Negeri Peri.

Literary awards:

- Locus Award Nominee for Best Fantasy Novel (1999)
- Geffen Award (2000)
- Mythopoeic Fantasy Award for Adult Literature (1999)
- ALA Alex Award (2000)

Movie Trailer:

Buku ini telah diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar pada tahun 2007 yang dibintangi oleh Charlie Cox sebagai Tristan Thorn, Michelle Pfeiffer sebagai Lamia, Robert De Niro sebagai Kapten Shakespeare, dan Claire Danes sebagai Yvaine. Tapi sayang sekali, film ini susah dicari. Jadi, setelah selesai baca bukunya target selanjutnya adalah cari filmnya dan nonton :D

7 comments:

  1. gw udah pernah nonton Stardust. Banyak humornya sih, jadi enak ditonton.
    Makanya ga nyangka juga kalo ini karangan Neil Gaiman yg biasanya suasananya gelap gitu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Filmnya humor ya? Ga kebanyang :O

      Yang ini emang ga terlalu gelap sih, jadi penasaran pengen baca buku lainnya yang gelap :))

      Delete
  2. Saya juga gak menyangka kalau ternyata cerita ini dari novelnya mr. Gaiman hehehe. Filmnya bagus kok, saya sudah nonton juga, tapi penasaran juga sama bukunyam jad pengen punya~~

    Happy watching the movie, then!
    Khairisa R. P
    krprimawestri.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mudah2an bisa cepet dapet filmnya. Thanks, Prima. Udah mampir dan komen ;)

      Delete
  3. cuma nonton filmnya belum baca bukunya. FIlmnya cukup bagus, yg main Ben Barnes lho.
    Hahaha, iya kalau baru pertama kali baca bukunya Gaiman berasa aneh dan ganjil. sama kayak pas baca Neverwhere.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh... gitu ya, Mbak Lin. Aku pikir aku aja yang aneh :)))

      Jadi pengen baca buku Gaiman yang lain...

      Delete
  4. aku tadi sore di-line temenku klo (akhirnya) dia selesai baca ini dan dia ingatpun karena aku ngomong tentang stockholm syndrom, dari reviewmu aku ndak lihat ada gelagat ada begituan :v jadi pingin segera baca >_<

    ReplyDelete