Monday, January 20, 2014

[Book Review #66] Tokyo: Falling

Penulis: Sefryana Khairil
Editor: Ayuning & Gita Romadhona
Penerbit: GagasMedia
Cetakan I, 2013
Tebal: 338 halaman
ISBN: 979-979-780-663-7
Rating: 3,5 dari 5 bintang 
Bisa didapatkan di: Bukukita

Blurb:

Pembaca tersayang,

Musim panas di Tokyo selalu memiliki banyak warna. Sefryana Khairil, penulis Sweet Nothings dan Coba Tunjuk Satu Bintang mengajak kita berkeliling negeri sakura bersama dua wartawan bernama Thalia dan Tora.

Keduanya dipertemukan oleh sebuah lensa. Lalu, Danau Shinobazu membuka mata keduanya tentang bahwa kenyataan sering sekali berbeda dengan asumsi mereka pada awalnya. Thalia dan Tora berbagi tawa dan saling menyembuhkan. Hingga mereka sama-sama ragu, benarkah semuanya hanya sekadar kebetulan? Atau ini adalah satu dari misteri Ilahi yang mereka belum temukan jawabannya?

Setiap tempat punya cerita.
Dan bersama surat ini, kami kirimkan cerita dari timur yang sarat akan aroma lembut bunga sakura. 

Enjoy the journey,
EDITOR

Review:

Thalia mau melakukan liputan di Tokyo untuk majalahnya karena ada maksud khusus dibaliknya. Mantan pacarnya, Dean pun ada di sana untuk melakukan kerja dinas. Pada Dean, Thalia melambungkan harapannya akan masa depan yang cerah dan ia akan berusaha untuk memperbaiki hubungan sebelumnya yang kandas dengan Dean.

"It doesn't matter who hurt you or broke you down. What matter is who make you smile again." - hal. 89

Tora datang ke Tokyo kembali untuk memperjuangkan cintanya pada Hana disamping ia juga melakukan liputan untuk pekerjaannya di Majalah LiveLife. Ia tidak terima saat Hana memutuskannya sepihak hanya gara-gara hubungan LDR mereka. Jadi ia merencanakan akan mencari Hana di sela-sela jadwal pekerjaannya yang padat.


"Love is a beautiful thing when you find the right person. Your love is the grand prize, so you have to wait for a man who is worthy." - hal. 153

Jodoh itu adalah takdir. Tuhan memberi jalan agar kita bertemu dengan jodoh kita. Maka takdir itu pun berwujud saat Thalia dan Tora bertemu pertama kalinya di halaman Tokyo Big Sight. Tora tidak sengaja menyenggol Thalia saat akan memasang lensa kameranya. Lensa itu meluncur bebas dan retak ketika menyentuh lantai. Tora yang merasa bersalah berjanji akan mengganti lensa kamera Thalia, tapi masalahnya lensa itu adalah lensa limited edition yang keluar pada dua tahun yang lalu. Untuk mendapatkannya sulit dan jika lensa itu akan diperbaiki, waktu perbaikannya harus dua minggu. Sedangkan liputan Thalia tidak bisa menunggu sampai dua minggu. Jadilah Tora mengusulkan untuk memakai lensa telephoto yang dimilikinya bergantian selama sepuluh hari.


Dalam waktu yang singkat itu, benih-benih cinta mulai tumbuh. Akankah mereka berakhir bahagia? Baca lanjutannya di bukunya ya XD

"Mungkin ada kalanya cinta butuh jarak. Bukan untuk berpisah, tapi untuk menguji besarnya cinta itu sendiri." - hal. 242

Ini adalah pertama kalinya saya membaca buku karya Sefryana Khairil. Sebelumnya saya sempat mendengar beberapa bukunya tapi sama sekali belum mendapat kesempatan mempunyai bukunya. Sebelum buku STPC ini, saya sudah membaca Melbourne dan London yang keduanya saya sukai sekaligus penasaran dengan seri STPC lainnya. Nah, makanya waktu ada launching buku ini di Jakarta, saya langsung titip beliin ke Mas Ijul. Buku ini juga saya dapatkan plus tanda tangan penulisnya :D

Sudah beberapa tahun belakangan ini saya terkena demam Jejepangan. Mulai dari komik, drama, film, dan beberapa buku Jepang yang sudah saya baca. Lalu waktu saya tahu STPC ada tema tentang Jepang, saya langsung antusias karena walaupun gak tahu kapan saya bisa ke sana, minimal saya bisa tahu tentang Jepangnya dulu.

Dari segi sampul depannya, Tokyo ini kece banget. Saya sebetulnya gak suka dengan warna peach, tapi anehnya saya oke-oke saja melihat sampul buku ini. Kesannya kalem dan cukup mewakili judulnya, Tokyo. Walaupun biasanya kalau mendengar tentang Jepang, warna dominan yang dipakai itu merah dan putih. Sama seperti warna benderanya.

Tulisan Sefry di sini pun sekalem sampul depannya. Gak terburu-buru, adegannya runut, banyak kalimat quoteable yang bertebaran di dalam bukunya, dan yang pasti pemilihan katanya cukup nyaman dibaca oleh saya. Namun, sayangnya cukup banyak typo yang tersebar di dalam bukunya. Padahal saya lihat editornya ada dua orang plus seorang proofreader. Jadi harusnya untuk typo-typo, bisa diminimalkan.


Saya gak masalah sebetulnya dengan adanya merek-merek tertentu yang bertebaran dalam buku selama itu dalam porsi yang wajar, terutama untuk porsi Thalia yang memang adalah seorang editor majalah fesyen. Tapi kok di buku ini, berasa kebangetan banyaknya. Saya ambil contoh, untuk ponsel aja ada iPhone, BlackBerry, Galaxy Note II. Eng... entah kenapa saya lebih suka jika penulisnya cukup menulis smartphone atau tablet saja. Kesannya kayak jualan gitu :v

Untuk interaksi antarkarakter, penulis menggambarkannya dengan pas. Thalia dan Tora tidak langsung terjebak chemistry cinta di awal sampai setengah bagian bukunya, karena memang mereka baru bertemu. Penulis hanya menghadirkan rasa nyaman pada mereka berdua yang kemudian berkembang pada setengah bagian sisanya.

Saya juga suka dengan selipan kisah tentang Orihime dan Hikoboshi. Kisah itu menceritakan tentang Orihime dan Hikoboshi yang ketika bertemu, mereka langsung jatuh cinta dan menikah. Tapi karena mereka mengecewakan Raja Langit, mereka dipaksa berpisah dan hanya diizinkan bertemu setahun sekali, setiap tanggal 7 Juli. Agak mirip sih dengan kisah Thalia dan Tora. Tapi cuma dikitttt :D

Secara keseluruhan, saya suka dengan buku ini. Walaupun beberapa tempat yang Thalia dan Tora kunjungi di Jepang sama sekali gak nempel di kepala saya. Tapi kalau saya bisa pergi ke Jepang, sebelum berangkat mungkin saya akan membaca kembali buku ini untuk salah satu referensi tempat di sana. Nah, yang agak mengecewakan di sini adalah ending-nya. Ending-nya nanggung pake banget! Saya rasa kalau penulisnya menuliskan beberapa paragraf tambahan gak akan membuat esensi ceritanya berubah, justru malah membuat jelas seperti apa akhir kisah mereka :/

3,5 bintang untuk Thalia dan Tora...

Review ini diikursertakan dalam:
- New Author Reading Challenge 2014
- 2014 TBRR Pile Reading Challenge
- Lucky No. 14 Reading Challenge (kategori Visit The Country)
- Indiva Readers Challenge 2014

- Indonesian Romance Reading Challenge 2014

8 comments:

  1. aku juga langsung lupa mereka kemana aja saking banyaknya dan cepetnya, belum direview sampai sekarang, hauhau

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo direview. Pengen tahu pendapat Mbak Sulis juga :D

      Delete
  2. Nyaman deh baca resensi ini, suka jalinan kata yang dibuat Tammy, terlebih pas mencoba meringkas isi ceritanya. :D Sukaa! Terus ada kalimat Tammy seperti ini:
    "Eng... entah kenapa saya lebih suka jika penulisnya cukup menulis smartphone atau tablet saja. Kesannya kayak jualan gitu "
    Huahaha iya juga sih ya kalau dipikir2, terlalu banyak merek bertebaran. Anyway, saya jadi sadar Tokyo ini salah satu novel yg bikin saya seperti guilty pleasure tiap beli novel2 Gagas. Terkesima dengan kemasannya seperti kover dan blurb, tetapi pas dibaca sedikit yang bikin seneng banget; kebanyakan kentang alias kena tanggung. :s

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih, Dinoy~ :*

      Sama... aku juga sekarang agak pilih2 kalo mau beli atau baca novel Gagas. Aku banyak terjebak covernya, terus akhirnya jadi nyesel belinya deh :/

      Delete
  3. "Walaupun beberapa tempat yang Thalia dan Tora kunjungi di Jepang sama sekali gak nempel di kepala saya."

    Banyak banget dan cepet ya. Tapi lumayan, jadi inget wabah J-Pop beberapa tahun yang lalu sebelum K-Pop masuk. Berasa nostalgia masa muda #eh :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, banyak banget. Dalam sehari mereka bisa pindah sampe 3 tempat. Terus sayangnya jadi gampang dilupain deh >.<

      Delete
  4. ahhh banyak yang baca buku ini buat category visit the country :D jadi pingin ke tokyoooo XD

    ReplyDelete