Tuesday, January 14, 2014

[Book Review #64] Alanna: Song of the Lioness

Penulis: Tamora Pierce
Penerjemah: Leinofar Bahfein
Penerbit: Ufuk Fiction
Cetakan I, Mei 2012
Tebal: 312 halaman
ISBN: 978-602-9346-22-0
Rating: 3 dari 5 bintang 
Bisa didapatkan di: Bukukita

Blurb:

Meski seorang anak perempuan, Alanna selalu memimpikan petualangan dan bercita-cita mengalahkan tantangan yang biasanya hanya dihadapi oleh anak lelaki. Saudara kembarnya, Thom, ingin mempelajari seni sihir. Maka, suatu hari, mereka memutuskan untuk bertukar tempat. Thom, yang menyamar sebagai anak perempuan, pergi untuk mempelajari ilmu sihir. Sedangkan, Alanna, yang berpura-pura sebagai anak lelaki, menuju kastel Raja Roald untuk memulai latihan sebagai calon kesatria.

Namun, jalan untuk menjadi kesatria tidaklah mudah. Sanggupkah Alanna melalui latihan yang berat dan menjadi kesatria? Mampukah dia mengalahkan Ylon dan Ylanda, monster yang selalu merongrong Kota Hitam? Dan, bagaimana Alanna belajar mengendalikan hatinya dan membedakan mana yang musuh dan mana yang sekutu? Kepada siapakah akhirnya pilihan hatinya bermuara, Pangeran Jonathan ataukah George yang selalu setia membantunya?

Novel ini penuh dengan kekuatan sihir, aksi, dan intrik. Petualangan pertama Alanna pun bermula. Petualangan yang akan mengantarkannya kepada cita-citanya dan menjadikannya legenda di seantero kerajaan.

Review:

Alanna adalah seorang anak perempuan. Ia dan Thom adalah anak kembar identik. Saking miripnya, hanya orang terdekat mereka saja yang dapat membedakan.

Suatu hari ayah mereka, Alan of Trebond mengumumkan akan mengirimkan kedua anak mereka untuk belajar menjadi seorang kesatria dan lady. Alan akan mengirimkan Alanna menjadi seorang lady dan Thom menjadi kesatria. Padahal baik Alanna dan Thom tidak ingin jalan hidupnya dipilihkan oleh orang lain karena Alanna sebetulnya ingin menjadi seorang kesatria dan Thom ingin mendalami ilmu sihir.

Namun mereka tahu, keputusan ayah mereka tidak dapat dibantah. Kemudian pada hari keberangkatan mereka, Alanna mengemukakan ide pada Thom dan Maude. Mereka akan bertukar peran dan mengatakan pada orang di konvensi dan istana bahwa telah terjadi kekeliruan, Alan of Trebond sebetulnya memiliki putra kembar bukanlah putra dan putri. Mereka sepakat untuk bertukar peran dan memalsukan surat pengantar mereka. Alanna juga memotong rambutnya agar bisa menyerupai anak lelaki.

Pada awalnya, Coram yang akan menemani Thom tidak setuju dengan rencana Alanna. Tapi karena Coram yang sejak kecil mengetahui bakat Alanna akhirnya menyetujuinya. Dan pada akhirnya, Alanna mulai belajar sedikit demi sedikit untuk menjadi kesatria yang tangguh walau pada awal-awal pelajarannya ia selalu diganggu Ralon of Malven karena ukuran tubuh Alanna yang lebih kecil dibandingkan dirinya dan anak lainnya.

Di samping itu, Alanna juga harus menghadapi kodrat dirinya yang memang seorang perempuan. Perubahan pada tubuh dan fisiknya mulai bermunculan. Ia harus mengatasi hal tersebut sambil terus belajar untuk menjadi kesatria.


"Kita, kaum bangsawan, diajarkan untuk menerima segala sesuatunya tanpa memprotes. Bangsawan tidak boleh bergantung pada orang lain. Well, kita manusia. Dan manusia tidak dilahirkan untuk hidup sendirian." - hal. 87

Selesai juga akhirnya saya membaca buku ini. Ekspektasi saya sedikit melambung saat melihat rating bukunya di Goodreads dan akhirnya saya dibiarkan kecewa setelah selesai membaca buku ini. Dari ide cerita dan tema yang diangkat memang bagus sebetulnya. Apalagi ternyata buku ini naskahnya ditulis pertama kali pada tahun 1983 di mana kesetaraan gender masih dianggap aneh oleh sebagian orang. Tapi saat saya membaca bukunya, beberapa adegannya terkesan dipaksakan. Terutama pada bagian klimaks buku ini.

Dari segi sampul buku, saya suka *pake banget* dengan sampul depannya. Ilustrasinya cocok dengan gambaran Alanna di dalam bukunya. Dari segi terjemahannya juga bagus, hanya ada beberapa: di halaman 241 - harusnya Alan ditulisnya Alanna, hal. 244 - harusnya Alan ditulis Aram.

Dalam buku ini, sebetulnya karakter yang berperan penting dan sering diceritakan adalah Alanna. Tapi sayang penulisnya malah mengambil POV orang ketiga yang harusnya lebih pas jika mengambil POV orang pertama. Alasannya agar baik penulis dan pembaca tidak terbolak-balik saat Alanna mendeskripsikan dirinya dalam dialog atau dalam narasi. Karena beberapa kali saya dibuat bingung dengan karakter Alan dan Alanna sampai akhirnya saya tidak mempedulikan lagi dan hanya membaca saja sampai akhir.

Untuk urusan karakter lainnya pun, jujur saya gak terlalu ingat selain Alanna, Thom, Coram, George, dan Jon. Contohnya adalah Ralon yang juga anagram dari Raoul, juga nama Gareth dimiliki oleh dua orang yaitu Duke Gareth dan Gary. Itu jelas bikin pusing, saya sampai beberapa kali mengulang paragraf untuk berusaha mengenal tokoh-tokoh tersebut dan akhirnya... saya biarkan saja dan membaca sampai akhir (lagi).

Sejak Alanna menemukan dan memiliki pedangnya yang bernama Moonlight, saya jadi membandingkan bahwa Moonlight itu adalah Excalibur dan sebetulnya cerita Alanna itu adalah versi perempuan dari Arthur. Excalibur sendiri diceritakan adalah pedang yang bermuatan sihir dan Moonlight juga jelas bermuatan sihir. Well, cukup membandingkannya. Itu jelas-jelas adalah pikiran saya sendiri :))

Penulisnya sepertinya sayang banget sama Alanna, terus karena dia perempuan semua urusannya dimudah. Alanna ingin jadi kesatria, ia berhasil menyamar tanpa diketahui oleh orang lain. Ia ingin mengalahkan Ralon, beberapa minggu kemudian Alanna berhasil. Alanna ingin kuda bagus menggantikan kuda pony tuanya, ia diberi George kuda dengan harga murah yang jelas-jelas adalah hadiah. Alanna ingin senjata, ia dipertemukan dengan Moonlight. Dan beberapa hal lainnya yang jika disebutkan malah akan spoiler.

Ending buku ini... gak enak banget. Tiba-tiba diputus tanpa kejelasan dan hanya diberi cuplikan bab di buku selanjutnya. Klimaks yang ada pun, saya sebetulnya gak suka. Tapi ya sudah, saya akhirnya mengambil saja pesan yang coba disampaikan oleh penulisnya bahwa segala sesuatu akan dapat dimiliki asalkan kita berusaha dan juga perempuan itu belum tentu lebih lemah dari laki-laki, ia bisa menjadi kuat dengan caranya sendiri.

Overall, aku lumayan suka dengan buku ini. Tapi gak terlalu maksa-maksa amat pengin baca buku keduanya. 3 bintang saja untuk petualangan Alanna.

Literary Award:
YALSA Popular Paperbacks for for Young Adults for Flights of Fantasy: Beyond Harry and Frodo (2003)

Review ini diikursertakan dalam:
- New Author Reading Challenge 2014
- 2014 TBRR Pile Reading Challenge (kategori Cover Lust)
- Lucky No. 14 Reading Challenge
- Young Adult Reading Challenge 2014

3 comments:

  1. iya salah satu buku yang fail expectation

    ReplyDelete
  2. yaaaah paling sedih deh kalo baca buku berating bagus dan ternyata meeeh.... tapi covernya emang keren ya.

    ReplyDelete
  3. Buku lanjutannya sudah ada terjemahan ny belum ya?

    ReplyDelete